Kejayaan Tambang Batubara
Sawahlunto adalah salah satu kota besar di propinsi Sumatera Barat berjarak 90 km dari kota Padang, terletak agak tersembunyi dari jalur Trans Sumatera. Sedikit berbeda dengan kota-kota lain di Sumatera Barat yang tumbuh dari pergerakan penduduk asli Sumatera Barat, Sawahlunto merupakan kota tambang tertua di Indonesia dan satu-satunya kota tambang di Sumatera Barat yang tumbuh bersamaan dengan munculnya industri pertambangan batubara yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Suasana kota ini sendiri agak berbeda dengan kota lain di Sumatera Barat, di mana banyak bangunan antik bergaya Eropa yang terpelihara sesuai bentuk aslinya.
Nama Sawahlunto mulai muncul di dunia internasional setelah Belanda menemukan potensi batubara di Sawahlunto pada abad ke-19, diawali ketika seorang ahli geologi Belanda, Willem Hendrik de Greve, menemukan potensi batubara di Sungai Ombilin. Pada masa kemerdekaan, pertambangan batubara ini dikelola oleh negara dan diberi nama PT Tambang Batubara Ombilin (TBO). TBO kemudian dilikuidasi menjadi anak perusahaan PTBA (Bukit Asam) yang terdapat di Sumatra Selatan. Selain penambangan oleh PT Bukit Asam, penambangan batubara dalam skala rakyat ditemui di luar pusat kota. Dengan sejarahnya sebagai kota tambang, maka obyek wisata di Sawahlunto sangat berkaitan dengan pertambangan batubara.[1]
Sumber : http://assets.kompas.com/data/photo/2009/06/16/1332171p.jpg (kiri) dan http://assets.kompas.com/data/photo/2009/06/17/1302522p.JPG (kanan) (diakses tanggal 23 April 2013)
Gambar Tambang Batu Bara di Sawahlunto
[1] http://adirafacesofindonesia.com/article.htm/394/(diakses tanggal 23 April 2013)
Minangkabau Tourism Board
Dengan kondisi geografis daerah yang merupakan perpaduan antara gunung, lembah, pantai, dan danau.Kategori dari obyek pariwisata ini dapat berupa obyek pemandangan alam dari pantai seperti Teluk Bayur, wilayah pegunungan yang sangat mempesona, danau, ngarai dan lembah. Sumatera Barat sarat dengan banyak tempat wisata alam dan bahari yang menawarkan pemandangan alam yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Selain itu wisata lain seperti tempat-tempat bersejarah, kekayaan budaya, kesenian rakyat, dan aneka kerajinan rakyat yang disajikan dalam atraksi menjadi pendukung wisata lainnya yang menarik untuk dikembangkan.
Untuk melengkapi fasilitas penunjang pariwisata, pemerintah juga menyediakan kereta api wisata yang beroperasi pada jam-jam tertentu. Objek-objek wisata yang dikunjungi para wisatawan diantaranya, Jembatan Akar di kecamatan Bayang; Rumah Gadang Mande Rubiah di Lunang; Istana Kerajaan Inderapura di kecamatan Pancung Soal; Pulau Cingkuak dengan peninggalan Benteng Belanda dan Puncak Langkisau di Painan, kabupaten Pesisir Selatan, Danau Maninjau dan Puncak Lawang Embum Pagi di kabupaten Agam, Lembah Anai; Istano Basa Pagaruyung, Danau Singkarak di kabupaten Tanah Datar, Danau Talang; Danau Diatas dan Danau Dibawah dikenal juga dengan sebutan Danau kembar di kabupaten Solok, Panorama Ngarai Sianok; Benteng Fort de Kock; Jam Gadang di kota Bukittinggi, Pantai Air Manis; Pantai Muaro; Pantai Caroline; Pulau Sikuai di kota Padang, Tempat wisata Harau di kabupaten Lima Puluh Kota, Tempat wisata Ngalau di kota Payakumbuh, Candi Padang; Prasasti Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya, Pantai Kata; Pantai Gandoria di kota Pariaman, Pantai Arta; Malibo Anai di kabupaten Padang Pariaman.[1]
Sumber : http://www.antarasumbar.com/id/foto/fotoutama/241109040609_foto_danau.jpg (kiri) dan
http://tanjungraya.agamkab.go.id/up/galeri/27052011050738Lake-Maninjau.jpg (kanan) (diakses tanggal 25 April 2013)
Gambar Danau Singkarak dan Danau Maninjau
Sumber : wisatapadang.indonesiatravel.biz (kiri) dan http://i35.tinypic.com/2ufavb4.jpg (kanan)
(diakses tanggal 25 April 2013)
Gambar Ngarai Sianok dan Ngalau
[1] http://datakesra.menkokesra.go.id/dataprov/sumbar/potensi-pariwisata-di-sumbar (diakses tanggal 25 April 2013)
Peninggalan Sejarah dan Budaya Minangkabau
Keindahan alam dan budaya Minangkabau di propinsi Sumatera Barat sudah terkenal dan mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata. Umumnya tiap kabupaten dan kota di Sumatera Barat mempunyai obyek pariwisata minimal satu kategori yang potensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata alam dan budaya. Tujuan wisata budaya di Sumatera Barat mempunyai prospek yang tinggi untuk dikembangkan, dimana kekayaan budaya Minangkabau seperti rumah Gadang maupun kebudayaan suku Mentawai termasuk salah satu yang unik di nusantara dan dapat menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi.Istana Pagaruyung dibangun oleh keluarga kerajaan Pagaruyung di Batusangkar yang mempunyai ciri khas Minangkabau. Jam Gadang menjadi Landmark dan lambang kota Bukittinggi, dibangun di atas bukit yang bernama Bukit Kandang Kerbau. Serta Gua Jepang adalah bukti sejarah pendudukan Jepang yang masih tersisa hingga sekarang.
Sementara itu berbagai informasi dan literatur sejarah mengenai Sumatera Barat dan kebudayaan Minangkabau secara umum dapat dijumpai di Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata Perkampungan Minangkabau (Minangkabau Village) di kota Padang Panjang. Di PDIKM terdapat berupa dokumentasi foto mikrograf surat kabar, pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat kepemerintahan dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda) hingga era 1980'an. Selain itu sumber literatur lain dapat ditelusuri di Perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di Perpustakaan Universitas Leiden, dua-duanya di Leiden, Belanda
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat
Gambar Istana Pagaruyung, Jam Gadang, dan Gua Jepang
Agribisnis Perkebunan
Dinas Perkebunan Sumatera Barat akan memprioritaskan tiga komoditas unggulan hasil perkebunan yakni kakao, karet dan kelapa sawit. Tiga komoditas hasil perkebunan ini harus dikembangkan dan dibudidayakan secara luas. Dinas Perkebunan melihat minat para petani di Sumbar sangat besar mengembangkan tiga komoditas unggulan hasil perkebunan tersebut.Pemerintah akan memberikan dukungan penuh kepada petani untuk fokus pada tiga hasil komotidas tersebut, meski ada juga komoditas lain.
Pemerintah akan maksimal memberikan perhatian terhadap perkembangannya karena sektor perkebunan berdampak positif meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai sasaran tersebut dari aspek kebijakan dan strategi pengembangan, sudah dilaksanakan program pengembangan agribisnis perkebunan dengan tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pemerintah sudah menyiapkan pengembangan tiga komoditas andalan itu dengan melakukan perluasan dan peremajaan. Kegiatan pengembangan tersebut meliputi bibit, pembukaan lahan dan sarana produksi yang diharapkan mampu meningkatkan produksi komoditas tersebut. Pengembangan kakao di Sumbar akan diperluas sekitar 200 ribu hektare hingga 2015, begitu juga dengan lahan kelapa sawit dan karet. Untuk memperluas lahan serta bibit membutuhkan anggaran yang cukup besar.[1]
Sumber : informasi-kelapasawit.blogspot.com (kiri), http://dishutbun.kayongutarakab.go.id/wp-content/uploads/karet.jpg (tengah) dan http://kliksumbar.com/foto_berita/medium_7kakao.jpg (kanan)
Gambar Komoditas Unggulan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat
Kain Tenun Songket Nan Memukau
Sumatera Barat terkenal akan produk budayanya yang bernilai seni tinggi. Salah satunya adalah kain tenun songket dari Desa Pandai Sikek. Desa yang pernah termasuk dalam sepuluh desa wisata terbaik di Indonesia ini berlokasi di Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Bukittinggi. Karena berlokasi di kaki Gunung Singgalang, Pandai Sikek memiliki iklim yang sejuk dan tanah yang subur.
Kain Tenun Songket Pandai Sikek merupakan hasil kerajinan dari salah satu daerah di Sumatera Barat yang telah dikenal hingga ke mancanegara dengan ciri khas keunikan serta kehalusan motifnya.Kain tenun yang dibuat dengan berbagai macam motif dan bentuk tersebut membutuhkan ketelitian serta kesabaran dalam proses pembuatan/pengerjaannya. Benang emas yang terbuat dari logam merupakan bahan utama dalam membentuk motif diatas bahan dasar kain (benang).
Selain Pandai Sikek, ada sejumlah desa yang dikenal sebagai penghasil tenun songket antaranya adalah Kubang, Kotogadang, Sungayang, Silungkang, Koto nan Ampek, dan Pitalah. Namun, hanya Silungkang, Pandai Sikek, dan Kubang yang masih memiliki banyak penenun songket. Songket dari Pandai Sikek dikenal tetap mempertahankan motif-motif kuno seperti yang sering digunakan dalam upacara adat. Kualitasnya puri telah diakui banyak orang. Keahlian menenun di Pandai Sikek diwariskan secara turun-temurun. Tidak mengherankan apabila songket Pandan Sikek dikenal tidak hanya di berbagai kota di Indonesia, tetapi juga sejumlah negara di Eropa.
Kain songket pun tidak hanya dijadikan sebagai busana dalam bentuk kain sarung atau selendang, tetapi juga berbagai aksesori dan barang-barang lain, seperti dompet, sarung bantal, dan taplak meja. Kain songket yang dikenal kaya warna dan motif yang rumit memang terbilang mahal. Harga ini tergantung dari jenisnya. Jenis kain songket dibedakan menjadi benang satu, benang dua, dan benang empat. [1]
Gambar Kain Tenun Songket Pandai Sikek
[1]http://m.thecrowdvoice.com/post/kain-dari-pandai-sikek-sumatera-barat-7539326.html