RPMA Riau meningkat 800% dan Tertinggi di Sumatera
Riau adalah salah satu provinsi kaya di Nusantara. Hampir semua kekayaan alam dimiliki provinsi ini. Di dalam perut buminya terkandung minyak bumi, batubara, emas, timah dan bahan tambang lainnya. Sementara di atasnya terhampar kekayaan hutan, perkebunan dan pertanian dalam arti luas.
Pertambangan umum berdenyut relatif pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang ikut andil bergerak di bidang ini. Bahan galian atau tambang yang dapat diambil dari perut bumi riau ini adalah pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batu bara, gambut, pasir kuarsa sampai andesit. Di samping minyak dan gas timah juga merupakan hasil tambang Riau. Konstribusi sektor pertambangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau mencapai Rp.57.927.709,65,- atau sekitar 41,68 %. Karena itu, sektor pertambangan menjadi andalan provinsi dalam memperkokoh perekonomiannya. Terdapat banyak sektor lain yang dapat menarik investasi asing, seperti di sektor hilir perkebunan kelapa sawit. Sektor pertanian juga menjadi salah satu motor penggerak perekonomian rakyat. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian lokal, tapi juga mampu menyerap banyak sekali tenaga.
Adapun realisasi investasi dari penanaman modal asing (PMA) di Provinsi Riau pada tahun 2012 mencapai 1,152 miliar dolar AS dan mengalami kenaikan lebih dari 800% dibandingkan pada tahun 2011. Realisasi investasi tersebut merupakan capaian tertinggi dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Realisasi PMA yang juga tinggi sempat terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar 724,4 juta dolar AS. Pada tahun 2008 realisasi PMA turun menjadi 460,9 juta dolar AS, pada tahun 2009 menjadi 251,6 juta dolar AS, dan turun drastis menjadi 86,6 juta dolar AS pada tahun 2010. Pada tahun 2011, realisasi PMA kembali meningkat menjadi 212,30 juta dolar AS, dan meningkat drastis pada tahun 2012 menjadi sebesar 1,152 miliar dolar AS.[1]
Sumber: [1] http://www.antarasumbar.com. Diakses tanggal 14 Juni 2013
Riau, Kota Sawit
Provinsi Riau juga memiliki potensi di sektor Perkebunan. Karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan pinang adalah komoditas perkebunan yang selama ini banyak membantu perekonomian penduduk pedesaan. Provinsi Riau terkenal dengan julukan Kota Sawit. Di saat krisis ekonomi melanda Indonesia secara nasional, petani yang bekerja di sektor ini justru tetap survive, bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Luas perkebunan karet mencapai 528.697,48 ha dengan hasil 463.053,52 ton, kebun kelapa mencapai 546.927,13 ha dengan hasil 629.926,80 ton, kebun kelapa sawit seluas 1.392.232,74 ha dengan hasil 3.931.619,17 ton, kebun kopi seluas 10.040,50 ha dengan hasil 3.545,97 ton dan kebun pinang seluas 9.249,56 ha dengan hasil 6.960,72 ton.[1]
Berbagai industri di Provinsi Riau seperti antara lain industri pengolahan hasil hutan dan industri hasil pertanian, yang meliputi minyak sawit, rotan, kayu lapis, crumb rubber, udang beku, ataupun industri dengan kadar ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, seperti industri pertambangan minyak dan gas bumi, industri perkapalan, industri mesin-mesin, dan manufaktur, berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan industri yang menggunakan teknologi madya dan tinggi tersebut dapat melibatkan serta memanfaatkan kehadiran perusahaan-perusahaan transnasional yang ada di provinsi ini.
Sumber: [1] http://www.indonesia.go.id. Diakses 22 April 2013
Riau, Kota Wisata Sejarah
Pariwisata juga merupakan sektor yang amat berpeluang untuk dikembangkan. Riau memiliki objek dan daya tarik wisata yang beragam, baik wisata alam, budaya maupun sejarah. Wisata alam meliputi rekreasi pantai di Pantai Nongsa, Bahagia, Lengkana, dan Pulau Dendang, Pantai Trikora, gunung dan bukit, air terjun, serta sungai. Wisata budaya meliputi Balai Adat Riau, Istana Rokan, Mesjid Raya Pekanbaru, dan Pacu Jalur. Wisata peninggalan sejarah, antara lain meliputi Candi Muara Takus, Istana Kerajaan Siak, Bukit Batu, dan Bintan.
Istana Siak
Kerajan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau, terdapat di Kabupaten Siak Srindrapura, dengan Jarak tempuh sekitar 2-3 jam dari Kota Pekanbaru. Kerajaan Siak mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20. Dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Kini, sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau, dapat kita lihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama ASSIRAYATUL HASYIMIAH lengkap dengan peralatan kerajaan. Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan.
Sumber: wisata.tokobunganusantara.com, www.wisatapekanbaru.com
Gambar Istana Siak Masa Lalu dan Saat Ini
Makam Koto Tinggi
Komplek Makam Koto Tinggi Terletak di sebelah timur Istana Siak. Makam Bersejarah yang ada didalam kompleks ini seperti makam Sultan Syarif Hasyim dan ayahandanya beserta keluarga dan kerabat kerajaan lainnya. Kompleks makam ini berukuran 15 x 15 meter persegi. Nisan dari makam yang terdapat di sini semuanya berukiran sangat rumit dan indah terbuat dari kayu dan marmer.
Sumber: wisata.tokobunganusantara.com
Gambar Komplek Makam Koto Tinggi Siak
Lokasi Provinsi Riau cukup strategis karena letaknya sangat berdekatan dengan Singapura sehingga potensial untuk pengembangan kerja sama regional, seperti dalam bentuk segitiga pertumbuhan Singapura-Johor-Riau(Sijori). Kerja sama tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memperluas kerja sama penanaman modal, pariwisata, dan perdagangan internasional[1].
Sumber: [1] www.bappenas.go.id diakses tanggal 17 April 2013