Provinsi Lampung Provinsi Logo



Pembangunan Infrastruktur Jembatan Selat Sunda

Jembatan Selat Sunda adalah salah satu proyek besar pembuatan jembatan yang melintasi Selat Sunda sebagai penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Proyek ini dicetuskan pada tahun 1960 dan sekarang akan merupakan bagian dari proyek Asian Highway Network (Trans Asia Highway dan Trans Asia Railway). Dana proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) direncanakan berasal dari pembiayaan Konsorsium diperkirakan menelan biaya sekitar 10 miliar Dollar Amerika atau 100 triliun rupiahyang akan dipimpin oleh perusahaan PT Bangungraha Sejahtera Mulia {BSM). Menurut rencana panjang JSS ini mencapai panjang keseluruhan 31 kilometer dengan lebar 60 meter, masing-masing sisi mempunyai 3 lajur untuk kendaraanroda empat dan lajur ganda untuk kereta api akan mempunyai ketinggian maksimum 70 meter dari permukaan air. JSS telah dilakukan Soft Launching 2007 Jembatan Selat Sunda dan akan dimulai pembangunannya pada tahun 2010dan diperkirakan dapat mulai dioperasikan pada tahun 2020.[1]



Sumber : Profil Investasi Lampung

GambarJembatan Selat Sunda


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Selat_Sunda (diakses tanggal 25 April 2013)


Lumbung Sumber Daya Energi Nabati

Lampung potensial sebagai pusat pengembangan energi terbarukan. Sejumlah tanaman sumber energi terbarukan seperti nanas dan tapioka, dapat tumbuh subur di tanah Lampung, dan selama ini telah menjadi andalan ekspor. Dibandingkan energi matahari dan angin yang cenderung pasang surut, biomassa dapat digunakan sebagai sumber terbarukan yang relatif stabil dan aman apabila dieksploitasi berlebih. Sejumlah biomassa lainnya yang dapat dimanfaatkan selain kedua tanaman itu adalah limbah kotoran ternak, limbah pabrik, dan limbah sawit. sejumlah wilayah di Provinsi Lampung, seperti Lampung Timur dan Way Kanan dapat menjadikan biomassa sebagai andalan perekonomian masyarakatnya.[1]

Potensi agroindustri di Lampung masih sangat besar. Lampung memiliki banyak industri agroindustri yang cukup besar, seperti Great Giant Pinneaple (GGP), Humas Jaya, Gunung Madu Plantations (GMP) dan beberapa pabrik milik PTPN VII. Kesemuanya itu adalah penyumbang limbah agroindustri besar mulai dari sawit, nanas, tebu, dan tapioka (singkong). Keunggulan biogas ini tentu sangat banyak sebagai energi alternatif terbarukan dapat menekan penggunaan energi fosil, dapat mengurangi efek rumah kaca dari gas metan dan CO2, serta secara ekonomis dapat meningkatkan kesejahteraan buruh pabrik dan petani.[2]

Pemerintah dorong Pembangunan Energi Terbarukan Lampung Tengah. Energi ke depan tidak tergantung dari sumber fosil seperti minyak dan batubara. Meskipun batubara di Indonesia masih dapat ditambang 150 tahun lagi, gas bumi masih 60 tahun lagi, serta minyak bumi sekitar 20 tahun, namun pengembangan energi alternatif harusterus dilakukan. Salah satu perusahaan yang melakukan pengembangan energi alternatif tersebut adalah Sugar Group Company di Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah. Presiden menghargai pengembangan bio etanol dari bahan tebu yang diubah menjadi etanol. SGC membangun perusahaan keempat berupa pabrik etanol bernama PT Indo Lampung Distillery. Tiga anak perusahaan SGC lainnya berbasis produksi gula, yaitu PT Gula Putih Mataram, PT Sweet Indo Lampung, dan PT Indo Lampung Perkasa.Presiden mendorong pengembangan energi terbarukan karena energi yang dihasilkan dari fosil bisa menimbulkan pemanasan global yang mengganggu kehidupan masyarakat.[3]




Sumber : Profil Investasi Lampung

Gambar Energi Terbarukan Biogas dan Bio Etanol


Kabupaten Lampung Barat memiliki potensi energi panas bumi terbarukan. Yakni di Suoh-Sekincau. Ini menjadi pemasukan luar biasa bagi wilayah terujung Lampung jika bisa dikelola dengan baik. Sekitar 11.293 hektar wilayah panas bumi yang ada di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Potensi energi baru terbarukan yang cukup penting ada di Kabupaten Lampung Barat, di antaranya Panas Bumi (PLTP) Sekincau-Suoh serta pembangkit listrik tenaga microhydro (PLTMH) yang sebagian besar berada di sekitar dan di dalam Taman Nasional. Perbatasan dengan taman nasional itu akan berimbas atau berpengaruh pada kemampuan konstruksi jalan masuk dan jaringan transmisi yang menuju ke daerah lapangan Suoh. Sementara estimasi aliran panas kompleks Sekincau-Suoh diduga 5—50 Mw sehingga potensi terduga mencapai 300 Mw.[4]


 


Sumber : Profil Investasi Lampung

Gambar Energi Terbarukan Panas Bumi


Bumi Agribisnis

1.      Kopi Luwak

Kopi Luwak asli dari biji kopi Robusta yang difermentasi oleh perut luwak adalah kopi yang kualitas dan rasanya terbaik di kawasan perbukitan Liwa. Prosesnya dilakukan ketat secara higienis oleh produsen kopinya. Biji kopi dimasak dengan mesin pemasak yang mempunyai pengaturan suhu panasnya sehingga rasa tidak akan berubah.Rasa Kopi Luwak yang unik dan aman buat lambung dan kesehatan adalah pilihan tepat bagi anda penikmat kopi.

Perkembangan produsen kopi di Lampung Barat terus mengungkit pertumbuhan perekonomian daerah. Menjamurnya Industri kecil skala rumah tangga yang turut mengupayakan hadirnya produk turunan kopi yang merupakan icon Kabupaten Lampung Barat. Mengiringi pertumbuhan produksi kopinya, kini selain produk kopi bubuk klasik, kopi organik dan kopi strawberry yang telah lebih dulu lahir sebagai industri produk turunannya, maka sejak tahun 2008 Lampung Barat pun telah menjadi sentra kopi luwak.

Beberapa produsen kopi luwak berada pada Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit dengan jarak yang berdampingan. Keadaan ini menjadikan suatu kewajaran bila wilayah ini dijuluki sentra produsen kopi luwak liwa.  Produsen dimaksud hingga saat ini merupakan salah satu target kunjungan wisatawan manca negara bila ke Provinsi Lampung. Produsen dimaksud diantaranya yaitu Ratu Luwak, Raja Luwak, Duta Luwak, Luwak Pesagi Mandiri dan Rama Luwak.

Beberapa produsen tersebut telah memiliki izin Dinas Kesehatan dalam bentuk P-IRT. Hal ini perlu mendapatkan perhatian bagi produsen maupun pemerintah dalam upaya kelengkapan perizinan baik izin pemanfaatan ternak liar dari BKSDA (luwak merupakan hewan liar yang pemanfaatannya memerlukan izin secara resmi), maupun sertifikasi kehalalan produk kopi luwak tersebut (sebagai upaya menjamin keamanan pangan bagi konsumennya).  Selain itu, fasilitasi dalam menembus pasar nasional pun turut memerlukan uluran tangan semua pihak, mulai dari Pemerintah, Pengusaha, waralaba dan lain sebagainya.Suatu kebanggaan masyarakat Lampung Barat untuk menghantarkan produk kopi luwak sebagai satu oleh-oleh khas dari Lampung Barat.  Datang ke Lampung Barat Tanpa bawa kopi luwak serasa hampa tanpa makna.[1]



Sumber:Profil Investasi Lampung

Gambar Kopi Luwak

 

2.      Lada

Tanaman lada Lampung merupakan perkebunan rakyat yang tersebar disemua wilayah Lampung dengan sentral produksi di Kabupaten Lampung Utara, Waykanan, Lampung Timur, Lampung Barat dan Tanggamus. Pemprov sendiri telah mengupayakan mengembalikan kejayaan Lampung Black Pepper melalui peremajaan seluas 25.000 Ha dan intensifikasi tanaman lada seluas 25.000 Ha secara bertahap di Kabupaten Lampung timur, Lampung Utara, dan Lampung Selatan seluas 2.000 Ha serta cagar budaya lada dalam konsep agropolitan melalui pembangunan kampong wisata lada yang terletak di desa Cahaya Negeri Kabupaten Lampung Utara dan desa Gerem Pawiki Kabupaten Lampung Timur.



                     Sumber : Profil Investasi Lampung

Gambar Lada Lampung


3.      Pisang


Pengembangan komoditas pisang bertujuan menggerakkan industri dan usaha kecil serta mendorong sistem produksi agrobisnis pengembangan ekonomi di level pedesaan. Pengembangan komoditas pisang dipilih karena nilai ekonomis yang tinggi bagi masyarakat. Kemudian diharapkan dapat menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Masyarakat Lampung Barat mengembangkan tanaman pisang di area pertanian guna meningkatkan pendapatan dan juga pertumbuhan ekonomi petani. Adapun tanaman pisang yang kembangkan petani di Lampung Barat diantaranya, Kepok, Muli, Ambon, Lilin, dan beberapa jenis pisang lain.Dalam perencanaannya, pengembangan pisang dilakukan melalui tiga strategi. Yakni pengembangan sistem hortikultura, pengembangan industri berbasis pisang, dan kebijakan pengembangan pisang sebagai komoditas unggulan. 

Pegembangan dilakukan di tujuh kecamatan, yakni Ketapang, Kalianda, Penengahan, Bakauheni, Rajabasa, Katibung, dan Palas. Di wilayah tersebut diproyeksikan sebagai lokasi penggunaan bibit kultur jaringan dan pengembangan lahan rehabilitasi. Perencanaan pembangunan rest area untuk menampung komoditas pisang. Salah satu lokasi yang dibidik sebagai tempat pembangunan rest area adalah wilayah Islamic Center, Masjid Agung, Kalianda. (Widisandika). Buah pisang selain dikosumsi sebagai buah, juga digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk industri seperti keripik. Keripik ini tersedia Beberapa rasa keju, coklat, manis,asin, strawberi,susu, moka.[2]



Sumber : Profil Investasi Lampung

Gambar Komoditas Pisang

[2] http://disbunlambar.wordpress.com/2011/01/25/way-mengaku-sentra-produsen-kopi-luwak-lampung-barat/#more-292 (diakses tanggal 25 April 2013)


Wisata Alam

1.      Taman Nasional Way Kambas

Taman Nasional Way Kambas adalah taman nasional perlindungan gajah yang terletak di daerah Lampung tepatnya di kecamatan labuhan ratu lampung timur, Indonesia. Selain di Way Kambas, sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah) juga bisa ditemui di Minas, Riau. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang hidup di kawasan ini semakin berkurang jumlahnya. Taman Nasional Way Kambas berdiri pada tahun 1985 merupakan sekolah gajah pertama di Indonesia. dengan nama awal Pusat Latihan Gajah (PLG) namun semenjak beberapa tahun terakhir ini namanya berubah menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang diharapkan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam penjinakan, pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi. Hingga sekarang PKG ini telah melatih sekitar 300 ekor gajah yang sudah disebar ke seluruh penjuru Tanah Air. Di Way Kambas juga tedapat International Rhino Foundation yang bertugas menjaga spesies badak agar tidak terancam punah.[1]


 

Sumber :Profil Investasi Lampung

Gambar Taman Nasional Way Kambas, Lampung


Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera. Taman Nasional Way Kambas memiliki 50 jenis mamalia diantaranya badak Sumatera, gajah Sumatera, harimau Sumatera, tapir, anjing hutan, siamang; 406 jenis burung diantaranya bebek hutan, bangau sandang lawe, bangau tong-tong, sempidan biru, kuau, pecuk ular; berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.

Gajah-gajah liar yang dilatih di Pusat Latihan Gajah (9 km dari pintu gerbang Plang Ijo) dapat dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu dan bajak sawah. Pada pusat latihan gajah, dapat disaksikan pelatih mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi gajah main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya. Pusat latihan gajah ini didirikan pada tahun 1985. Sampai saat ini telah berhasil mendidik dan menjinakan gajah sekitar 290 ekor.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi Pusat Latihan Gajah Karangsari. Atraksi gajah. Way Kambas. Untuk kegiatan berkemah.Way Kanan. Penelitian dan penangkaran badak sumatera dengan fasilitas laboratorium alam dan wisma peneliti.Rawa Kali Biru, Rawa Gajah, dan Kuala Kambas. Menyelusuri sungai Way Kanan, pengamatan satwa (bebek hutan, kuntul, rusa, burung migran), padang rumput dan hutan mangrove.[2]

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah rumah dari tiga satwa paling langka dan kharismatik yaitu badak, gajah, dan harimau sumatera. Taman nasional ini adalah satu dari beberapa areal hutan yang penting untuk konservasi harimau di Asia Tenggara dan rumah dari setengah populasi badak sumatera dan seperempat populasi gajah sehingga tempat ini menjadi wilayah konservasi yang penting di dunia. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terbentang seluas 356.800 hektar dan termasuk dalam daerah administrasi Provinsi Lampung dan Bengkulu.

Beragam spesies lainnya dapat ditemukan di wilayah ini, dan beberapa merupakan merupakan spesies endemik Sumatera. Wilayah taman nasional ini merupakan wilayah penting untuk beberapa spesies tanaman langka seperti Rafflesia spp. dan bunga raksasa Amorphophallus spp. Taman ini juga berjasa sebagai daerah tangkapan air dan penyimpan air bagi pemukiman dan lahan pertanian di sedikitnya 4 kabupaten di 2 provinsi tersebut. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mempunyai keanekaragaman hayati yang luar biasa kaya. Oleh UNESCO, taman nasional ini dijadikan sebagai Situs Warisan Gugusan Pegunungan Hutan Hujan Tropis Sumatra (Cluster Mountainous Tropical Rainforest Herritage Site of Sumatera) bersama dengan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Gunung Leuser.

 



Sumber :Profil Investasi Lampung

Gambar Taman Bukit Barisan Selatan, Lampung



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Way_Kambas (diakses tanggal 25 April 2013)


Kain Tapis Lampung

Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung.Bahan yang digunakan adalah kain sanwos atau tenun, benang katun dan benang emas atau perak, pembidang.Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.Kain Tapis sekarang sudah menjadi souvenir andalan dari Lampung.

Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.[1]

Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup.Di daerah lampung Utara Tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat. Dan juga biasa dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin. Kerajinan kain Tapis ini dibuat memakai alat tenun bukan mesin dengan ragam hias yang bermacam-macam.  Pembuatan Tapis ini sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan cara pembuatannya sudah disampaikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.Untuk sebuah kain termasuk kain yang cukup berat karena banyak jalinan benang yang melintas di kainnya. Semakin padat pembuatan coraknya, maka harganya semakin mahal.[2]

 


Sumber : http://www.indonesiakaya.com/see/read/2011/07/07/478/20016/4/Kain-Tapis (diakses tanggal 25 April 2013)

Gambar B.9 Kain Tapis Lampung



[1]http://id.wikipedia.org/wiki/Kain_tapis

[2]http://www.indonesiakaya.com/see/read/2011/07/07/478/20016/4/Kain-Tapis