Provinsi Bali Provinsi Logo



The Island of God in Paradise

          Pariwisata di daerah Bali merupakan sektor paling maju dan berkembang, tetapi masih berpeluang untuk dikembangkan lebih modern lagi. Daerah ini memiliki obyek wisata yang beragam, baik wisata alam, wisata sejarah maupun wisata budaya. Wisata alam, misalnya meliputi 47 obyek wisata, seperti panorama di Kintamani, Pantai Kuta, Legian, Sanur, Tanah Lot, Nusa Panida, Nusa Dua, Karang Asem, Danau Batur, Danau Bedugul, Cagar Alam Sangieh, Taman Nasional Bali Barat,dan Taman Laut Pulau Menjangan.


Sumber : discover-wonderful-indonesia.blogspot.com(kiri) ,  http://insideasiatravel.com/wp-content/uploads/2012/01/kuta-beach1.jpg (tengah), http://www.pasirpantai.com/wp-content/uploads/2012/10/sunrise-pantai-sanur-bali.jpg (kanan) (diakses tanggal 25 April 2013)

Gambar Pantai Tanah Lot, Pantai Legian Kuta, Pantai Sanur


Wisata sejarah dapat dilihat berbagai peninggalan sejarah beberapa kerajaan seperti Karangasem, Klungkung, dan Buleleng. Potensi obyek wisata di Bali yang telah menyumbang devisa negara dan pendapatan asli daerah Bali, sebenarnya masih potensial untukdikembangkan lebih maju lagi. Kota Denpasar yang strategis dan memiliki fasilitas cukup baik dalam hal jasa perdagangan, serta punya bandar udara internasional, harus dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pelayanan pariwisata dan perdagangan internasional.



Sumber : http://galeriwisata.files.wordpress.com/2009/12/tampaksiring3.jpg (kiri) dan http://i135.photobucket.com/albums/q158/kuningan/purabesakih.jpg (kanan)(diakses tanggal 25 April 2013)

Gambar Tampak Siring dan Pura Besakih


Wisata budaya meliputi 83 obyek wisata, seperti misalnya wisata seni di Ubud, situs keramat Tanah Lot, upacara Barong di Jimbaran dan berbagai tempat seni dan galeri yang sekarang banyak bermunculan di beberapa tempat di Pulau Bali. Obyek wisata budaya ini sangat berkembang pesat, apalagi banyak karya seni yang dihasilkan oleh pelukis dan pematung dari Bali. Harga lukisan dan patung buatan Bali, harganya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.[1]

 


Sumber : http://wikitravel.org/upload/en/thumb/4/4f/Upacara12.jpg/300px-Upacara12.jpg (kiri) dan http://jelajah.valadoo.com/wp-content/uploads/2012/03/New-Picture-290x290.png (kanan) (diakses tanggal 25 April 2013)

Gambar Upacara Sembahyang dan Seni Lukis di Bali


Sarana hunian wisata di Bali tumbuh dengan sangat pesat di pusat hunian wisata terutama di daerah Badung, Denpasar, dan Gianyar. Kawasan Pantai Kuta, Jimbaran, dan Ungasan menjadi kawasan hunian wisata di Kabupaten Badung, Sanur, dan pusat kota untuk kawasan Denpasar. Ubud, Kedewatan, Payangan, dan Tegalalang menjadi pengembangan hunian wisata di daerah Gianyar.Mengendalikan perkembangan yang amat pesat tersebut, Pemerintah Daerah Bali kemudian menetapkan 15 kawasan di Bali sebagai daerah hunian wisata berikut sarana penunjangnya seperti restoran dan pusat perbelanjaan. Hingga kini, Bali telah memiliki lebih dari 35.000 kamar hotel. Sarana hotel-hotel tersebut tampil dalam berbagai variasi bentuk mulai dari model rumah, standar hotel, villa, bungalow, dan boutique hotel dengan variasi harga jual. Keberagaman ini memberi nilai lebih bagi Bali karena menawarkan banyak pilihan kepada para pelancong.

Pulau Bali dengan segala potensi pariwisata yang dimiliki dapat lebih berkembang bahkan sejajar dengan bangsa lain terbukti pengairan subak masuk dalam nominasi warisan budaya dunia 2012 yang diselenggarakan UNESCO, meskipun pengembangannya perlu adanya dana tidak sedikit serta kerjasama yang proporsional dengan berbagai komponen masyarakat disamping meningkatkan pendapatan daerah tetapi juga membuka lapangan kerja serta nilai ekonomi masyarakat disekitarnya.

Pesatnya kemajuan pariwisata di pulau Bali terutama wisata alam maupun budayanya mendorong para penguasaha lokal ataupun asing untuk menanamkan investasi dengan membangun berbagai bidang usaha antara lainhotel,restoran,toko soevenir dan usaha lainnya, karena disinyalir mengembangkan bisnis di Bali nilai ekonominya cukup memiliki prospek yang menjanjikan bagi masa depan. Pembangunan pariwisata di pulau Bali secara berkelanjutan dan kesinambungan dikemudian hari pada dasarnya untuk kepentingan masyarakat Bali itu sendiri dimasa yang akan datang.[2]

 


Sumber : http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/01/13580722191183343073.jpg (kiri) dan http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/area-pertanian-di-bali-dengan-sistem-pengairan-subak-ilustrasi-_111028102333-734.jpg (kanan) (diakses tanggal 25 April 2013)

Gambar Subak di Bali



 


Bali Magic

Selain keindahan panoramanya, daya tarik pariwisata Bali antara lain juga dipengaruhi oleh kekhasan kesenian dan kebudayaannya, termasuk ritual agama Hindhu yang dianut mayoritas orang Bali, serta keramahan masyarakat di sana.Sebagian besar kehidupan masyarakatnya diwarnai dengan berbagai upacara agama/adat, sehingga kehidupan spiritual mereka tidak dapat dilepaskan dari berbagai upacara ritual. Karena itu setiap saat di beberapa tempat di Bali terlihat sajian-sajian upacara. Upacara tersebut ada yang berkala, insidental dan setiap hari, dan dikelompokkan menjadi lima jenis yang disebut Panca Yadnya, meliputi Dewa Yadnya yaitu upacara yang berhubungan dengan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widi Wasa, Rsi Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan para pemuka agama (Pendeta, Pemangku dan lain-lainnya), Pitra Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan roh leluhur (Upacara Ngaben, Memukur), Manusa Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan manusia (Upacara Penyambutan Kelahiran, Tiga Bulanan, Otonan, Potong Gigi dan Perkawinan) dan Buta Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan upaya menjaga keseimbangan alam (Upacara Mecaru, Mulang Pekelem).

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral- religius.

Kecak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan.


Sumber : http://kebudayaanindonesia.net/media/images/upload/culture/pendet.jpg (diakses tanggal 25 April 2013)

GambarTari Pendet dan Tari Kecak


Tarian barong merupakan warisan kebudayaan sebelum munculnya agama Hindu di Bali, ditarikan oleh 2 orang laki-laki, satu bagian kepala dan satunya lagi dibagian ekor, sehingga kelihatanya seperti binatang berkaki empat. Kata barong berasal dari bahruang yang berarti juga beruang, sehingga penampilan badannya besar seperti binatang beruang. Ada bermacam-macam barong seperti barong macan, barong bangkal, barong gajah, barong asu, barong landung, barong blasblasan, barong ket (keket).[1]


 

Sumber : http://farm6.staticflickr.com/5246/5303754037_f3b30fa048_z.jpg (diakses tanggal 25 April 2013)

Gambar Barong Bali

 


[1] http://wisata.balitoursclub.com/tari-barong (diakses tanggal 25 April 2013)

 


Sentra Rumput Laut

Rumput laut memiliki potensi yang begitu besar untuk terus dikembangkan. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengembangkan usaha budidaya rumput laut secara terintegrasi mulai dari hulu (up stream) sampai hilir (down stream) dengan memperhatikan pilar-pilar pengembangan blue economy.

Industrialisasi rumput laut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi budidaya rumput laut. Hal itu ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan, meningkatkan pendapatan pembudidaya, menyediakan lapangan kerja serta merevitalisasi usaha budidaya rumput laut baik skala mikro, kecil maupun menengah secara berkelanjutan. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pada komoditas rumput laut akan meningkatkan pendapatan para pelaku usaha di sektor tersebut. Sementara pengembangan usaha budidaya rumput laut yang merujuk pada pilar-pilar pengembangan blue economy berperan penting dalam melipatgandakan pendapatan (revenue), dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi dan tidak merusak lingkungan (zero waste).

Inovasi dan kreativitas termasuk di dalamnya diversifikasi produk, sistem produksi, pemanfaatan teknologi, financial engineering menjadi kunci dalam mengolah limbah suatu kegiatan menjadi bahan baku produk lainnya. Rumput laut sebagai bahan baku penggunaannya luas dan banyak dibutuhkan oleh industri baik pangan maupun non pangan. Untuk industri, rumput laut bisa berperan sebagai pengenyal, pengemulsi, pengental, dan penjernih. Blue economy diartikan sebagai sebuah model ekonomi baru untuk mendorong pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan kerangka pikir seperti cara kerja ekosistem. Cara pandang ekonomi tersebut merupakan suatu model bisnis yang mampu meningkatkan nilai tambah dari komoditas rumput laut.Langkah tersebut ditempuh untuk meningkatkan penerimaan negara dan masyarakat sekitar lokasi budidaya rumput laut melalui upaya peningkatan nilai tambah komoditas rumput laut. Lantaran, permintaan akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat mesti dibarengi dengan ketersediaan bahan baku rumput laut.

Provinsi Bali yang dikenal dunia sebagai pusat wisata bertaraf internasional mempunyai potensi yang sangat besar di dalam pengembangan budidaya laut, khususnya bagi Kabupaten Badung, yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang mempunyai potensi budidaya rumput laut yang besar. Potensi budidaya rumput laut tersebut dapat menjadi mata pencaharian utama masyarakat dan sumber perekonomian daerah.[1]



Sumber : http://www.nusapenida.com/img/4512376.jpg (kiri) dan http://bali-bisnis.com/wp-content/uploads/2013/01/rumput-laut.jpg (kanan) (diakses tanggal 25 April 2013)

Gambar Komoditas Unggulan Rumput Laut, Bali


 


Pesona Buah-Buahan Bali

Potensi budidaya tanaman buah di daerah Bali dengan komoditas unggulan seperti salak bali, manggis, jeruk siam, anggur, durian dan mangga, kini tidak hanya pasar lokal sajanamun pasar mancanegara seperti Cina, Eropa, Timur Tengah, dan beberapa negara di kawasan Asia  juga mulai mengimpor buah-buahan segar dari daerah Bali.Meskipun lahan pertanian di Pulau Bali tidak terlalu luas, namun didukung dengan bantuan teknologi modern dan penggunaan varietas bibit unggul, kini produk komoditas buah-buahan yang dihasilkan para petani di wilayah Bali tidak kalah bersaing dengan produk buah impor dari luar negeri.

Salah satu jenis buah yang menjadi komoditas ekspor daerah Bali yaitu potensi salaknya yang mendunia. Keunggulan salak bali yang memiliki daging tebal, rasa yang segar, serta biji salak yang relatif kecil, menarik minat konsumen lokal, nasional, bahkankonsumen internasional. Selama ini salak bali banyak dibudidayakan masyarakat di desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali.Selain dipasarkan dalam keadaan segar, buah salak bali diolah para petani menjadi aneka macam produk turunan seperti dodol salak, keripik salak, syrup, serta manisan yang memiliki harga jual cukup tinggi di pasaran.

Selain salak, komoditas ekspor yang dimiliki daerah Bali adalah potensi buah manggisnya yang cukup melimpah. Di provinsi tersebut, sedikitnya ada 8 kabupaten yang mengembangkan usaha budidaya manggis. Negara-negara tujuan ekspor manggis dari Bali juga semakin meluas, meliputi Timur Tengah, Eropa, Asia, Cina, serta Hongkong.Jeruk Kintamani juga merupakan salah satu varietas unggulan dari sektor pertanian yang ada di Kabupaten Bangli. Salah satu daerah yang menjadi sentra budidaya jeruk siam di Bali adalah desa Bayunggede, Kecamatan Kintamani.

Potensi budidaya anggur di daerah Buleleng memang sudah dikenal sejak puluhan tahun silam. Bahkan di Kecamatan Banjar dan Seririt, anggur berhasil dibudidayakan di lahan sawah. Sedangkan di Kecamatan Gerokgak, petani memanfaatkan lahan kering untuk membudidayakan tanaman anggur.Berkembangnya industri agrobisnis khususnya di sektor hortikultura, menjadikan pulau Bali sebagai salah satu daerah sentra buah-buahan bagi masyarakat lokal maupun internasional.[1]


Sumber : http://bisnisukm.com/aneka-buah-segar-potensi-pulau-bali.html (diakses tanggal 25 April 2013)

Gambar Komoditas Buah Salak, Manggis, Jeruk Kintamani, Anggur

 


Kerajinan Khas Bali

 

Bali yang dikenal memiliki tempat-tempat wisata yang berpanorama indah, natural dan eksotik juga memiliki produk kerajinan tangan yang menjadi ciri khas (kerajinan khas) sebagai oleh-oleh. Kerajinan khas Bali menjadi kerajinan andalan Bali yang dicari dan sangat digemari karena kerajinan tangan dari Bali ini begitu unik dan menjadi ciri khas yang dapat dijadikan oleh-oleh atau souvenir bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Begitu juga dengan desain kerajinan produknya. Kerajinan Bali memang menonjolkan keunikan.

Kerajinan Bali sudah lama menjadi daya tarik untuk masyarakat Indonesia dan dunia. Kerajinan Bali menjadi kerajinan andalan Bali yang paling dicari dan sangat digemari karena kerajinan tangan dari bali ini begitu unik dan menjadi ciri khas yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh atau souvenir bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Kerajinan tangan Bali sangat khas mengingat di Bali begitu kental seni dan budaya yang ada.

Kerajinan tangan Bali sangat khas mengingat di Bali begitu kental seni dan budaya yang ada. Bentuk kerajinan Bali memiliki ciri yang memadukan seni budaya adat istiadat.Dengan adanya seni dan budaya di Bali, menghasilkan produk-produk desain kerajinan yang bernilai seni tinggi serta bercitarasa tinggi, sehingga menjadi produk kerajinan tangan yang selalu dicari wisatawan domestik dan juga mancanegara. Bali mempunyai produk kerajinan tangan yang beragam, seperti ukiran patung kayu, souvenir, lulur bali, aromatherapy, tas, sepatu dan sandal Bali.Model souvenir khas sangat beragam.[1]