A.        Demografi

Jumlah penduduk Provinsi Bali tahun 2011 tercatat 3.643.472 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.829.698 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.813.774 jiwa. Dengan jumlah penduduk tersebut sangatlah wajar mengingat daya dukung wilayahnya yang masih luas dan masih memungkinkan sebagai tempat permukiman penduduk.

 

Tabel Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

Kabupaten

Jumlah Penduduk

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (jiwa)

Jembrana

136.685

137.233

273.918

Tabanan

217.779

219.900

437.679

Badung

200.845

199.016

399.861

Gianyar

239.738

233.797

473.535

Klungkung

91.623

94.865

186.488

Bangli

107.758

108.259

216.017

Karangasem

225.386

223.151

448.537

Buleleng

337.061

338.452

675.513

Denpasar

272.823

259.101

531.924

Jumlah

1.829.698

1.813.774

3.643.472

Sumber: Provinsi Bali Dalam Angka Tahun 2012

 

Dengan luas wilayah yang mencapai 1.365,88 km2, apalagi kepadatan penduduknya yang relatif masih rendah yakni 495 jiwa/km2 atau masih dibawah kepadatan penduduk Bali secara umum, maka semua potensi akan sangat menunjang dalam pelaksanaan program-program pembangunan di Kabupaten Buleleng. Kepadatan di Kota Denpasar tertinggi di Provinsi Bali yaitu mencapai 4.263 jiwa/km2, dengan luas wilayah sebesar 127,78 km2.

 

Jumlah penduduk di Provinsi Bali terbesar terdapat di Kabupaten Buleleng dengan persentase 19%. Sedangkan jumlah penduduk di Provinsi Bali terkecil terdapat di Kabupaten Jembrana dengan persentase 5%.


Sumber: Provinsi Bali Dalam Angka Tahun 2012 (diolah)

Gambar Persentase Jumlah Penduduk Provinsi Bali

 

Jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan terbesar berada pada sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel yaitu 596.527 jiwa. Jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan terbesar kedua berada pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan yaitu 556.615 orang. Sebagian besar penduduk Provinsi Bali bekerja di sektor perdagangan, rumah makan dan hotel karena sektor pariwisata merupakan sektor unggulan di provinsi Bali. Sedangkan Jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan terkecil berada pada sektor listrik dan air yaitu 6.859 orang.

 

Tabel Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan

Lapangan Usaha Pekerjaan Utama

Jumlah Penduduk (jiwa)

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan

556,615

Pertambangan dan Penggalian

12,635

Industri Pengolahan

290,132

Listrik dan Air

6,859

Bangunan

185,705

Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel

596,527

Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi

81,744

Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan, dan Bangunan

83,281

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan

391,376

Sumber: Provinsi Bali Dalam Angka Tahun 2012

 

Jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan terbesar yaitu sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel dengan persentase 27%. Sedangkan jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan terkecil yaitu listrik dan air dengan persentase 0,31%.



Sumber: Provinsi Bali Dalam Angka Tahun 2012 (diolah)

Gambar Persentase Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan


            B.         Bahasa Bali

Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata. Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotaan klan, meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai.

 

            C.       Adat Istiadat       

Catur Warna (Pengelompokan Masyarakat) :


Gambar Catur Warna

 

Di Bali berlaku sistem Catur Varna (Warna), yang mana kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata Catur berarti empat dan kata warnayang berasal dari urat kata Wr (baca: wri) artinya memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan keterampilan (karma) seseorang, serta kualitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Empat golongan yang kemudian terkenal dengan istilah Catur Warna itu ialah: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.

 

Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa pelaksanaan sistem Catur Warna cenderung membaur mengarah kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur Wangsa atau Turunan darah. Padahal Catur Warna menunjukkan pengertian golongan fungsional, sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan darah.

 

Gambar  Rumah Bali

 

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China). Rumah adat Bali dinamakan Gapura Candi Bentar. Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan (harmoni dengan manusia), palemahan (harmoni dengan alam) dan parahyangan (harmoni dengan tuhan). Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.

Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali dilandasi falsafah Tri Hita karana, artinya Tiga Penyebab Kesejahteraan yang perlu diseimbangkan dan diharmoniskan yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan manusia dengan lingkungan (Palemahan). Perilaku kehidupan masyarakatnya dilandasi oleh falsafah Karmaphala, yaitu keyakinan akan adanya hukum sebab sebab-akibat antara perbuatan dengan hasil perbuatan.