A. Potensi Komoditas Unggulan dan Lokasi Pengembangannya
Untuk berinvestasi dalam pengembangan komoditas unggulan di Provinsi Riau, maka perlu diketahui komoditas apa yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan dan di daerah mana pengembangannya sesuai untuk dilakukan. Untuk itu, berikut ini adalah tabel potensi komoditas unggulan beserta dengan lokasi pengembangannya di Provinsi Riau:
Tabel Potensi Komoditas Unggulan dan Lokasi Pengembangannya di Provinsi Riau
No |
Sektor |
Komoditas Unggulan |
Nilai LQ |
Sebaran Lokasi |
Keterangan Penentuan Komoditas Unggulan |
1
|
Pertanian Tanaman Pangan |
Kacang Kedelai |
1.51 |
Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Indragiri Hulu |
Hasil LQ |
Padi |
1.33 |
Kabupaten Kuantan Singini, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar |
|||
2 |
Pertanian Tanaman Buah-Buahan |
Nanas |
5.14 |
Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pelalawan, Kota Pekanbaru |
Hasil LQ |
3 |
Pertanian Tanaman Sayuran |
Bayam |
2.32 |
Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu |
Hasil LQ |
Ketimun |
1.73 |
Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan Singingi, Kota Dumai |
|||
Kangkung |
1.65 |
Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar, Kota Dumai |
|||
Kacang Panjang |
1.61 |
Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar, Kota Dumai |
|||
Terung |
1.60 |
Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak |
|||
4 |
Perkebunan |
Kelapa Sawit |
1.17 |
Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi |
Hasil LQ |
5 |
Perikanan dan Kelautan |
Budidaya Kolam |
- |
Tersebar di seluruh kabupaten/kota |
Produksi Tertinggi |
6 |
Peternakan |
Ayam Pedaging |
1.34 |
Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Indragiri Hulu |
Hasil LQ |
Kerbau |
1.07 |
Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hulu |
|||
7 |
Kehutanan |
Hutan Produksi Tetap |
2.09 |
Tersebar di seluruh kabupaten/kota |
Hasil LQ |
8
|
Industri dan Perdagangan |
Industri Makanan dan Minuman |
1.59 |
Tersebar di seluruh kabupaten/kota |
Hasil LQ |
Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman |
1.53 |
Tersebar di seluruh kabupaten/kota |
|||
9 |
Pariwisata |
Wisata Pantai |
- |
Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis |
Tinjauan RTRW |
Wisata Alam |
- |
Kabupaten Indragiri Hulu, Kota Dumai, Kabupaten Siak |
|||
Wisata Budaya/ Sejarah |
- |
Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak |
|||
10 |
Pertambangan |
Minyak Bumi |
- |
Tersebar di seluruh kabupaten/kota |
Produksi Tertinggi |
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 19 komoditas unggulan di Provinsi Riau yang dapat dijadikan sebagai obyek investasi di Provinsi Riau. Komoditas-komoditas tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya di tiap sektor potensi ekonomi masing-masing dan tersebar di hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau. Untuk pengembangannya, dapat diarahkan kepada kabupaten/kota yang telah disebutkan di kolom sebaran lokasi di atas, di mana kabupaten/kota tersebut memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya dalam hal pengembangan komoditas unggulan, antara lain dari segi produksi, luas, maupun produktivitas.
B. Peluang Investasi
Terdapat 4 proyek investasi yang diprioritaskan oleh Pemerintah Provinsi Riau untuk ditawarkan kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di Provinsi Riau. Keempat potensi investasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai
Riau memiliki sumberdaya yang berlimpah dan potensi yang dapat dikembangkan untuk tujuan bisnis dan investasi. Sebagai daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan pengembangan bisnis yang cepat, beberapa kota telah tumbuh sebagai pusat perdagangan baru, industri, jasa, dan kegiatan investasi lainnya.
Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau dan Dumai sebagai kota pengolahan minyak CPO dan pelabuhan Riau daratan, Duri sebagai sebagai pusat pengolahan pertambangan minyak, maka untuk mempercepat pertumbuhan transportasi di Provinsi Riau diperlukan ketersediaan sarana transportasi yang memadai untuk mempermudah akses transportasi antara kota dan pusat sumber daya dan produk, dalam rangka mendukung dan mengakomodasi pertumbuhan ekonomi dan kegiatan usaha.
Keberadaan jalan tol akan sangat mendukung pemanfaatan sumber daya alam yang sangat diperlukan secara maksimal.
Panjang jalan dan daerah dilalui 135,4 km, melintasi di:
Model kerjasama dalam proyek investasi ini adalah Build, Operate, Transfer (BOT). Dari pembangunan ini, diperkirakan pertumbuhan lalu lintas Pekanbaru-Dumai adalah 6,5% per tahun. Berikut adalah analisis keuangan untuk proyek pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai:
1. Analisis Keuangan
2. Pendanaan Skema 2 (Dana Sharing antara APBN Daerah APBD)
3. Pendanaan Skema 3
Sumber: www1.pu.go.id
Gambar Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai Provinsi Riau
b. Pengembangan Sistem Kereta Api
Provinsi Riau dianugerahi dengan sumber daya alam yang berlimpah dan lokasi yang strategis di persimpangan Selat Malaka, dan pusat baru dari pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Provinsi Riau menyadari bahwa pengembangan sistem kereta api sangat penting, strategis, dan layak dilaksanakan.
Proyek ini merupakan pembangunan baru jaringan kereta api antara Dumai-Duri dan Rantau Prapat (Sumatera Utara). Pengembangan sistem kereta api baru di area tersebut akan membawa dampak positif untuk mempercepat realisasi rel kereta api trans Sumatera, pengembangan industri di pusat Sumatera dan mendukung program MP3EI. Pengembangan sistem kereta api ini juga bertujuan untuk menyediakan transportasi missal yang murah dan efisien.
Tabel Analisis dan Potensi Ekonomi Rute Kereta Api Sumatera di Provinsi Riau
Rute |
Panjang Rute (Km) |
Potensi Angkutan |
Investasi Biaya/ Modal (Miliar Rp) |
IRR |
BCR |
Jangka Waktu Pembayaran |
|
Produksi Perkebunan (Ton) |
Non Minyak Gas Deposit Mineral (Juta m3) |
||||||
Dumai- Duri- Rantau Prapat |
230,27 |
1429049,09 |
743,23 |
2632 |
10,06% |
103,68% |
30 tahun |
Rantau Prapat- Duri I (Rantau Prapat- Kota Pinang Sikampak (Labuhan Batu)) km 0 s/d 78 (78 km) |
- |
- |
- |
888 |
10,06% |
103,68% |
30 tahun |
Rantau Prapat- Duri II (Sikampak- Sintong) km 78 s/d km 148+900 (70 km) |
- |
- |
- |
834 |
10,06% |
103,68% |
30 tahun |
Rantau Prapat- Duri III (Sintong Dumai) (Paket km 150+950 s/d km 237+620 (84,27 km) |
- |
- |
- |
910 |
10,06% |
103,68% |
30 tahun |
Rokan VI koto- Ujung Batu- Kandis- Duri- Dumai |
230 |
1585745,46 |
- |
3760 |
- |
1960 |
15 tahun |
Cerenti- Air Molek- P.Reba- P.Kasai- S.Akar- KM.8- Enok- Kuala Enok |
225 |
1342255,76 |
- |
4147 |
- |
2020 |
14 tahun |
Sumber: Potensi Investasi Provinsi Riau, 2012
Sumber: Potensi Investasi Provinsi Riau, 2012
Gambar Pengembangan Sistem KA Provinsi Riau
c. Pengembangan Kawasan Industri Tanjung Buton
Riau dirancang sebagai wilayah pengembangan utama industri di Sumatera (BKPM, 2008), di mana Riau sebagai pusat cluster industri CPO. Pertumbuhan ekonomi Riau adalah yang tertinggi di Sumatera. Banyak industri yang terus berkembang seperti minyak, gas, dan CPO.
Kawasan industri Tanjung Buton (KITB) merupakan pusat perkebunan kelapa sawit dan pusat produksi CPO sebagai bahan baku bagi industri hilir. Terletak di lokasi strategis yang langsung menghadap ke Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur perdagangan laut tersibuk di dunia merupakan salah satu pertimbangan keuntungan lokasi kawasan ini.
Adapun model kerjasama yang ditawarkan adalah investor dapat menyewa tanah untuk industri premis dari Kawasan Industri. PT. KITB menawarkan investor sebagai pengembang untuk merancang, membangun, dan mengoperasikan kawasan industri secara konsesi (berdasarkan ketentuan yang berlaku).
Sumber: pphp.deptan.go.id
Gambar Pengembangan Kawasan Industri Tanjung Buton Provinsi Riau
d. Pengembangan Industri Hilir
Provinsi Riau adalah penghasil sawit tersbesar di Indonesia dengan total area seluas 2.103.176 hektar dan perkebunan karet dengan luas area seluas 499.490 hektar. Dengan angka produksi sawit sebesar 6.293.542 ton/tahun (37% dari produksi nasional), dan angka produksi karet sebesar 210.000 ton/tahun.
Terdapat 158 pabrik kelapa sawit dan 15 pabrik pengolahan karet yang tersebar di seluruh Provinsi Riau. Berdasarkan perencanaan MP3EI, Provinsi Riau dirancang sebagai salah satu wilayah untuk pengembangan kelapa sawit berbasis industri, khususnya di Dumai, Tanjung Buton, dan Kuala Enok, yang merupakan tiga pelabuhan utama di Provinsi Riau dan sekaligus telah dinyatakan sebagai pusat kawasan nasional untuk pengembangan oleo-kimia berbasis klaster industri untuk wilayah Indonesia barat.
Dalam hal ini, Dumai telah diusulkan sebagai kawasan yang berstatus Zona Ekonomi Khusus dari pemerintah pusat, sehingga pemerintah Provinsi Riau berkeinginan meningkatkan nilai tambah CPO dan karet menjadi produk turunan. CPO dan karet dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk turunan dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Usulan lokasi Kawasan Industri Dumai:
Sumber: Potensi Investasi Provinsi Riau, 2012
Gambar Pengembangan Industri Hilir Provinsi Riau