A.      Potensi Komoditas Unggulan dan Lokasi Pengembangannya

Untuk berinvestasi dalam pengembangan komoditas unggulan di Provinsi Sumatera Barat, maka perlu diketahui komoditas apa yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan dan di daerah mana pengembangannya sesuai untuk dilakukan. Untuk itu, berikut ini adalah tabel potensi komoditas unggulan beserta dengan lokasi pengembangannya di Provinsi Sumatera Barat:


Tabel  Potensi Komoditas Unggulan dan Lokasi Pengembangannya di Provinsi Sumatera Barat

No

Sektor

Komoditas Unggulan

Nilai LQ

Sebaran Lokasi

Keterangan

Penentuan Komoditas Unggulan

1

Pertanian Tanaman Pangan

Ubi Jalar

1,63

Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota

Hasil LQ

Padi Sawah dan Ladang

1,26

Kota Bukittinggi, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar

Hasil LQ

2

Pertanian Tanaman Buah-Buahan

Markisa

35,66

Kabupaten Solok, Kota Payakumbu, Kabupaten Agam

Hasil LQ

Alpukat

5,69

Kabupaten Solok,

Kabupaten Dharmasraya,

Kabupaten Tanah Datar

Hasil LQ

Manggis

3,67

Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang Panjang, Kabupaten Dharmasraya

Hasil LQ

Sawo

3,66

Kabupaten Agam,

Kabupaten Tanah Datar,

Kabupaten Dharmasraya

Hasil LQ

Melon

2,66

Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan

Hasil LQ

Melinjo

1,83

Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Solok

Hasil LQ

Durian

1.71

Kota Solok, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang Panjang

Hasil LQ

Semangka

1,25

Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Padang Pariaman

Hasil LQ

Petai

1.04

Kabupaten Solok,

Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Pesisir Selatan

Hasil LQ

3

Pertanian Tanaman Sayuran

Bawang Putih

5,33

Kabupaten Agam,

Kabupaten Solok

Hasil LQ

Jamur

2,41

Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kabupaten Lima Puluh Kota

Hasil LQ

Kembang Kol

1,90

Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar

Hasil LQ

Tomat

1,56

Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam

Hasil LQ

Buncis

1,45

Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Payakumbu, Kabupaten Agam

Hasil LQ

Cabe Besar

1,41

Kabupaten Solok,

Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir Selatan

Hasil LQ

Terung

1,40

Kabupaten Sijunjung,

Kabupaten Agam, Kota Payakumbu

Hasil LQ

Kol/Kubis

1,31

Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar,

Kabupaten Agam

Hasil LQ

Bawang Daun

1,05

Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam

Hasil LQ

Ketimun

1,01

Kabupaten Agam, Kota Padang, Kabupaten Dharmasraya

Hasil LQ

4

Perkebunan

Kakao

3,83

Kota Solok, Kota Padang, Kabupaten Tanah Datar

Hasil LQ

Karet

2,12

Kota Solok, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Solok

Hasil LQ

Kelapa

1,65

Kota Pariaman, Kota Payakumbu, Kota Padang

Hasil LQ

5

Perikanan dan Kelautan

Budidaya Kolam

-

Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Padang Pariaman

Produksi Tertinggi

6

Peternakan

Kerbau

4,16

Kabupaten Agam, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Padang Pariaman

Hasil LQ

Ayam Petelur

3,63

Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kota Payakumbu

Hasil LQ

Itik

1,17

Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pesisir Selatan

Hasil LQ

Sapi Potong

1,16

Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Solok

Hasil LQ

7

Kehutanan

Suaka Alam dan Pelestarian Alam

1,56

Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Solok

Hasil LQ

Hutan Lindung

1,34

Kabupaten Pasaman, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Solok

Hasil LQ

8

Industri dan Perdagangan

Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, dan Bahan Nuklir

2,01

-

Hasil LQ

Makanan dan Minuman

1,94

-

Hasil LQ

Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi Media Rekaman

1,68

-

Hasil LQ

Tekstil

1,09

-

Hasil LQ

9

Pariwisata

Wisata Bahari

-

Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota dan Kabupaten Padang Pariaman

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Sejarah

-

Kota Bukittinggi

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Budaya

-

Kota Padang Panjang

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Alam

-

Kota Bukittinggi, Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Heritage

-

Kota Sawahlunto

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Kerajinan

-

Kota dan Kabupaten Padang Pariaman

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Ziarah

-

Kota Padang, Kabupaten Agam

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Olahraga

-

Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir Selatan

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Olahraga Minat Khusus

-

Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Kepulauan Mentawai

Klasifikasi Jenis Obyek

Wisata Minat Khusus

-

Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto

Klasifikasi Jenis Obyek

10

Pertambangan

Batubara

1,00

Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung

Hasil LQ

Sumber: Hasil Analisis, 2013


Dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 46 komoditas unggulan di Provinsi Sumatera Barat yang dapat dijadikan sebagai obyek investasi di Provinsi Sumatera Barat. Komoditas-komoditas tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya di tiap sektor potensi ekonomi masing-masing dan tersebar di hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat. Untuk pengembangannya, dapat diarahkan kepada kabupaten/kota yang telah disebutkan di kolom sebaran lokasi di atas, di mana kabupaten/kota tersebut memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya dalam hal pengembangan komoditas unggulan, antara lain dari segi produksi, luas, maupun produktivitas.


      B.      Peluang Investasi

Provinsi Sumatera Barat terdapat tiga koridor ekonomi yang terbentuk dalam pengembangan wilayah Sumatera Barat yakni Koridor I Lintas Sumatera, Koridor II Gerbang Timur, Koridor III Pantai Barat.

 

      Koridor I : Lintas Sumatera

Tema pembangunan pada koridor ini adalah sentra pengembangan pariwisata alam, perkebunan, unggas, dan industri.  Padang sebagai pusat pertumbuhan utama didukung oleh Kota Bukittinggi, Kabupaten Payakumbuh, Batusangkar, dan Lubuk Sikaping sebagai pusat pengembangan. Kegiatan yang menjadi andalan pada koridor ini adalah industri kimia dan bangunan, industri kerajinan, pariwisata, gambir serta unggas seperti ayam petelur dan ayam pedaging.

 

1)     Pariwisata

Provinsi Sumatera Barat bukan hanya memiliki potensi pariwisata yang sangat layak untuk dikembangkan menjadi andalan utama penghasil devisa tetapi juga menjadikan pariwisata sebagai andalan yang memutar roda perekonomian dalam propinsi. Kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat aktifitas pariwisata Sumatera Barat, disamping jumlah tamu menginap dan lamanya tinggal pada penginapan dan hotel menurut klasifikasinya. Indikator lain untuk melihat kontribusi pariwisata terhadap aktifitas perekonomian wilayah adalah jumlah rumah makan dan restoran yang memberikan pelayanan kepada tamu dari luar, sektor transportasi yang memberikan pelayanan biro perjalan wisata mulai dari angkutan udara, angkutan darat, dan lainnya. Terakhir jasa hiburan dan rekreasi dalam struktur PDRB Sumatera Barat semuanya akan dilihat berdasarkan wilayah tujuan wisata di Sumatera Barat.

Wilayah pusat aktifitas pariwisata Sumatera Barat terdapat di Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto dan Kabupaten Agam. Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Tanah Datar memiliki keunggulan komparatif pada sub sektor restoran.  Kabupaten Solok memiliki keunggulan komparatif pada sub sektor restoran dan angkutan jalan raya. Sedangkan daerah tujuan wisata lain lebih dominan dikunjungi dengan menggunakan jasa angkutan jalan raya.

Pengembangan pariwisata di wilayah tujuan wisata dimana sub sektor hotel yang kurang kompetitif, maka perlu dikembangkan upaya untuk membuat turis berkunjung dan tinggal lebih lama. Nilai ekonomi pariwisata yang dihasilkan baru dari aktifitas restoran saja, sebagaiamana terjadi pada wilayah Kabupaten Sawahlunto, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten 50 Kota, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Hanya destinasi Kota Bukittingi yang memiliki keunggulan kompetitif untuk semua sub sektor dengan memberikan sumbangan terhadap nilai ekonomi pariwisata Sumatera Barat. Sedangkan Kota Padang sub sektor restorannya belum kompetitif terhadap yang lainnya. Dalam pengembangan pariwisata di Kota Padang wisata kuliner harus lebih mendapat perhatian tinggi, agar turis yang datang dapat menjadikan Kota Padang sebagai tujuan wisata kulinernya.


Gambar Peluang Investasi Pariwisata Provinsi Sumatera Barat

 

2)     Tanaman Perkebunan Gambir

Provinsi Sumatera Barat merupakan pemasok lebih kurang 80 % ekspor komoditi gambir nasional, namun asumsi pendapatan masih belum dapat dicapai oleh petani gambir. Beberapa penyebab telah dicoba dirumuskan oleh berbagai kalangan antara lain; (1) Harga gambir pada kenyataannya masih dikendalikan oleh pedagang,sebagai akibat dari terbatasnya akses pasar gambir yang dikuasai oleh masyarakat. (2) produktifitas gambir kenyataannya belum bisa mencapai sebagaimana yang diasumsikan. (3) Sampai saat ini pasar dalam negeri gambir tidak berkembang dengan baik, sekaitan dengan terbatasnya kegunaan gambir dalam negeri.

Meski merupakan komoditi ekspor, namun pasar gambir dapat dikatakan masih merupakan pasar tradisional konfensional, bahkan eksportirpun tidak dapat menjelaskan ada tidak industri pengolahan lanjut dari gambir di negara-negara pengimpor gambir. Dengan demikian ada kesan bahwa di negara importirpun gambir juga dimanfaatkan dalam bentuk produk primer.  Dominasi pasar ekspor ke India juga terlihat mempengaruhi perilaku pasar gambir di tingkat lokal, menurut pengakuan ekpsortir lokal pedagang India dengan mudah dapat kita jumpai juga membeli gambir sampai ke toko-toko lokal di tingkat petani.

Peluang investasi gambir terlihat sangat besar bagi pendapatan rumah tangga petani bahkan bisa melebihi tanaman perkebunan lainnya. Disamping itu dari potensi produksi boleh dikatakan Sumatera Barat berada pada posisi monopoli dengan penguasaan sebesar 80% produksi gambir nasional dan gambir adalah komoditi perkebunan rakyat,

Guna memperkuat kapasitas dan daya tawar petani gambir, telah dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok petani gambir serta koperasi berbasis komoditi gambir.  Dari catatan yang ada paling kurang terdapat 20 kelompok dan koperasi petani gambir yang ada pada dua daerah sentra gambir di Sumatera Barat (Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten 50 Kota). Salah satu koperasi petani gambir yang sangat kita kenal beberapa tahun yang lalau adalah Koperasi Kopsin di Siguntur Kabupaten Pesisir Selatan yang melatarbelakangi lahirnya PT. Cathecin Siguntur yang memiliki alat moderen pengolahan gambir. 


Sumber : http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/images/morfeoshow/gambir-6636/big/Gambir-Var.udang-sedang-ber.jpg(diakses tanggal 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Tanaman Perkebunan Gambir Provinsi Sumatera Barat

 

3)     Industri

Industri Kimia dan Bahan Bangunan

Terdapat tiga kabupaten yang menonjol dalam produksi industri kimia dan bangunan yakni Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Agam, Dan Kabupaten Pasaman. Sedangkan pada wilayah Kota, paling tinggi di Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Terdapat dua wilayah yang menonjol dalam besarnya investasi pada jenis industri kimia dan bangunan ini, yakni Kabupaten Pasaman dan Kota Padang. Kabupaten 50 Kota sebagai sentra produksinya nilai investasinya sendiri berjumlah Rp 59 milyar atau sebesar 9,18% dari total investasi jenis industri kimia dan bangunan, dan menjadi sebesar 80,82% dari total investasi sektor industri di wilayah tersebut. Pada kabupaten Agam berjumlah Rp 23 milyar atau sebesar 3,58% dari total investasi pada jenis industri ini, dan sebesar 35,96% dari total investasi sektor industri di kabupaten ini. Artinya, dari segi daya saing indsutri kimia dan bangunan lebih baik di Kabupaten Pasaman dan Kota Padang.

 

Industri Kerajinan

Kemampuan daya saing industri kerajinan dilihat dari besarnya nilai investasi. Nilai investasi tahun 2010 adalah sebesar Rp 109 milyar atau 9,41 % dari total nilai Investasi industri utama Sumatera Barat. Wilayah yang paling besar nilai investasi yang ditanam adalah Kabupaten Pasaman mencapai Rp 35,4 milyar atau 32,48 %, disusul oleh Kabupaten Agam sebesar Rp 26 milyar atau 23,85 %, dan Kota Padang sebesar Rp 22 milyar atau sebesar 21,01 %.

Terdapat dua wilayah yang mulai muncul sebagai daerah pengembangan industri kerjinan baru yakni kabupaten Pasaman dan Kota Padang, walaupun dari segi nilai produksi dan nilai bahan bakunya masih terkategori rendah, namun nilai investasinya sudah mulai meningkat tajam. Sehingga di masa depan, tentu potensi industri kerajinan akan menjadi lebih besar, karena besarnya nilai investasi yang sudah ditanam di tahun 2010 ini.

 

Sumber : www.allaboutminangkabau.com (diakses tanggal 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Tenun Songket Pandai Sikek dan Anyaman Pandan Provinsi Sumatera Barat

 

4)     Peternakan

Ayam Ras Pedaging

Produksi ayam ras pedaging sangat dominan pada beberapa Kabupaten antara lain pada Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Padang Pariaman dan Wilayah Kota diantaranya Kota Padang dan Kota Payakumbuh. Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan penghasil produksi ayam pedaging tertinggi di Sumatera Barat dari total produksi ayam pedaging Sumatera Barat. Kabupaten Padang Pariaman menduduki urutan kedua, disusul oleh Kota Padang dan Kota Payakumbuh. Kabupaten dan Kota lain meskipun sebagai penghasil ayam ras pedaging tetapi tidak dengan produksi yang dominan.

 

Ayam Ras Petelur

Ayam Ras petelur juga terdapat hampir semua kabupaten dan Kota di Sumatera Barat. Populasi terbesar pada Kabupaten Lima Puluh Kota. Apabila dibandingkan antara kabupaten dan Kota, maka di Sumatera Barat yang paling tinggi populasi ayam petelur adalah Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Pesisir Selatan.  Sedangkan kabupaten lainnya jumlah produksinya masih kecil sekali. Wilayah Kota, jumlah populasi terbesar pada Kota Padang, dan Kota Payakumbuh. Artinya populasi ayam pedaging lebih dominan di wilayah kabupaten di bandingkan dengan wilayah perkotaan di Provinsi Sumatera Barat.


Sumber : http://disnak.sumbarprov.go.id/foto/info/1/dsc01098.jpg (diakses tanggal 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Ayam Pedaging dan Ayam Petelur Provinsi Sumatera Barat

 

·     Koridor II : Gerbang Timur

Tema pembangunan pada Koridor II Gerbang Timur adalah sentra produksi pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Padang sebgaai pusat pertumbuhan utama didukung oleh Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kota Sawahlunto, Pulau Punjung dan Sungai Rumbai sebagai pusat pengembangan. Kegiatan yang menjadi andalan pada koridor ini yaitu pertambangan batu bara, panas bumi, energi surya dan energi listrik, padi, serta karet.


1)     Pertambangan dan Energi

Batu Bara

Daerah-daerah di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki potensi batubara yaitu :

  1. Kota Sawahlunto, terdapat di daerah-daerah; Tanah Hitam, Kandih, Sawah Luwung, Waringin, Sugar, Sapan Dalam, Sigalut dan Parambahan dengan total cadangan terukur adalah sebanyak 104,8 juta ton.
  2. Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung terdapat di daerah-daerah; Sungai Tambang (Kiliran Jao), Bukit Bual, Sisawah, Muaro, Kabun, Lubuk Tarab dan Jujuhan Sinamar (perbatasan Sumatera Barat dan Jambi) dengan total cadangan sekitar 76 juta ton.
  3. Kabupaten Pesisir Selatan terdapat di daerah-daerah; Lumpo, Painan, Penadah Tapan, Bukit Pulai dengan total cadangan diperkirakan sebanyak sekitar 4 juta ton.
  4. Kabupaten 50 Kota terdapat di daerah; Sarilamak, Tajung Pati, Galugur, Kapur IX.
  5. Kabupaten Solok terdapat di daerah-daerah; Sulit Air dan Sianggai-anggai, Payung Sekaki.
  6. Sedangkan bitumen padat (serpih bitumen oil shale) terdapat di daerah-daerah; Kiliran Jao, Timpeh, Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Ombilin dan Kota Sawahlunto.

                Batubara sampai saat ini merupakan satu-satunya bahan galian golongan strategis yang potensi dan cadangannya telah diketahui cukup besar di Sumatera Barat dan telah mulai ditambang sejak zaman penjajahan Belanda. Walaupun sejak beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan jumlah produksi karena berkurangnya produksi tambang luar, namun demikian potensi tambang dalam sebenarnya masih sangat besar. Disamping itu kualitas batubara produksi daerah ini terkenal cukup baik dan mempunyai harga yang relatif cukup tinggi.

                Saat ini kegiatan pertambangan batubara di Sumatera Barat untuk skala menengah dilakukan oleh tiga perusahaan yang cukup besar, yaitu PT Tambang Batubara Bukit Asam -Unit Pertambangan Ombilin, PT Allied Indo Coal dan PT Karbindo Abesyapradhi. Sedangkan untuk skala kecil dilakukan oleh beberapa KUD, diantaranya KUD Sisawah, KUD Muaro dan KUD Kunangan. Dalam rangka peningkatan produksi batubara, pemerintah daerah telah mengundang beberapa investor asing baik dari Australia, Polandia dan China untuk mengelola tambang dalam yang memerlukan teknologi pertambangan yang lebih tinggi.  

 

Panas Bumi

Posisi Sumatera Barat yang terletak pada jalur vulkanik menyebabkan Sumatera Barat memiliki potensi energi panas bumi cukup besar. Potensi energi panas bumi kebanyakan tersebar Kabupaten Solok termasuk Solok Selatan (55 %), Kabupaten Pasaman termasuk Pasaman Barat (36 %), Kabupaten Agam (5%), Lima Puluh Kota (2 %) dan Tanah Datar (2%). Total potensi panas bumi di Sumatera Barat adalah 1598 MWe terdiri dari 825 MWe bersifat spekulatif, 73 MWe bersifat hipotesis dan 700 MWe bersifat terduga.

Keberhasilan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memanfaatkan sumber energi terbarukan membuat provinsi itu dinobatkan sebagai Lumbung Energi Hijau seiring melimpahnya sumber energi baru terbarukan di wilayah tersebut. Pemprov akan mempercepat pengembangan energi terbarukan guna mendukung Sumatera Barat sebagai lumbung energi. Sumber energi terbarukan yang ada di daerah tersebut berupa panas bumi, air, tenaga surya dan tenaga angin.

Potensi sumber energi baru terbarukan yang berlimpah merupakan peluang yang harus dimanfaatkan. Hal ini perlu dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan energi ke depan. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi di Sumatera Barat, tapi juga memenuhi kebutuhan energi di wilayah sekitarnya. Pemprov juga menyediakan listrik untuk daerah sekitar yang masih mengalami kekurangan, seperti Sumatera Utara.

Energi panas bumi sangat potensial dan selama ini belum dikelola secara maksimal. Salah satu andalan energi hijau di Sumatera Barat adalah panas bumi karena terdapat di 16 titik yang tersebar di Provinsi Sumatera Barat dengan total potensi energi yang dihasilkan mencapai 1.600 megawatt. Proyek geothermal di Sumatera Barat, akan dimulai oleh Supreme Energy yang sedang dilaksanakan di lapangan geothermal Muaralaboh di Kabupaten Solok Selatan dengan potensi energi listrik hingga mencapai 440 megawatt (MW).  Lapangan ini akan menghasilkan listrik pada awal 2015.

 

Energi Surya dan Energi Listrik

Sumatera Barat terletak di khatulistiwa yang memungkinkan Sumatera Barat menerima energi surya sepanjang tahun. Sumatera Barat menerima energi surya berkisar 4-5 kWh/m2/hari. Pemanfaatan energi surya dapat dilakukan dengan menggunakan sel surya maupun secara termal. Beberapa unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) telah dipasang di Sumatera Barat sejak tahun 1995, secara keseluruhan terdapat 472 unit yang telah terpasang, dimana 1 unit PLTS setara dengan 100kW. Jumlah unit PLTS terpasang yang paling banyak terdapat di Kabupaten Sijunjung yaitu 140 Unit.

Provinsi ini juga memiliki sumber potensi pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang dapat dikembangkan untuk kebutuhan masyarakat terutama di daerah yang belum terlayani PLN. Sumber PLTMH Sumbar tersebar di Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, Solok Selatan, Tanah Datar, Pariaman, Agam, Pasaman dan Pasaman, yang semuanya skala besar. Dalam skala kecil PLTMH juga dapat ditemui di Kabupaten 50 Kota dan Sijunjung.

   Sumber : http://energitoday.com/ (diakses tanggal 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Batubara, Panas Bumi, Energi Listrik Provinsi Sumatera Barat

 

2)     Tanaman Perkebunan Karet

Dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Barat, sebanyak 15 Kabupaten/Kota diantaranya memiliki perkebunan Karet.  Luas tanaman karet dari perkebunan rakyat seluas 147.853 ha. Sementara itu perkebunan karet yang dimiliki perkebunan swasta nasional seluas 3.114 ha. Total luas perkebunan karet di Sumatera Barat lebih kurang 150.967 ha. Luas dan produksi perkebunan karet yang dimiliki perusahaan swasta nasional ini masing-masing hanya sebesar 2 % dari luas dan produksi karet perkebunan rakyat di Sumatera Barat. Dengan demikian dominasi perkebunan karet rakyat sangat nyata di Sumatera Barat.

 

Sumber : http://ptpn6.com/wp-content/uploads/2012/08/karet_merdeka.jpg (diakses tanggal 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Perkebunan Karet Provinsi Sumatera Barat

 

3)     Pertanian Tanaman Pangan

                    Kawasan tanaman pangan yang meliputi Kabupaten Agam, Tanah Datar, Lima Puluh Kota, Solok dan Pasaman. Daerah ini merupakan daerah subur yang sejak lama berfungsi sebagai Lumbung Pangan Sumatera Barat dengan produksi utama adalah padi, palawija dan tanaman pangan lainnya. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, daerah ini sudah sejak lama dilengkapi dengan fasilitas irigasi yang cukup memadai. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan, kedepan daerah ini akan terus dikembangkan sebagai penghasil utama komoditi pangan untuk daerah Sumatera Barat maupun provinsi tetangga terutama Riau.

 

·     Koridor III : Pantai Barat

Tema pembangunan pada koridor III ini adalah sentra produksi perkebunan, industri perikanan tangkap dan perikanan budidaya, pertambangan, peternakan. Padang sebagai pusat pertumbuhan utama didukung oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai, Painan, Lubuk Alung, Pariaman, Lubuh Basung, Simpang IV, dan Air Bangis sebagai pengembangan. Kegiatan yang menjadi andalan pada koridor ini adalah industri olahan kakao, sapi potong, indusri olahan hasil laut, dan perikanan tangkap.

 

1)     Perikanan

Perikanan Tangkap

Penetapan  Sumatera Barat sebagai sentral utama produksi ikan tongkol dan tuna kawasan barat Indonesia bagian barat yang dicanangkan Presiden RI pada tahun 2006 dan hasil kesepakatan IMTGT tahun 2007 di Phuket Thailand membuka peluang daerah ini untuk memodernisasi potensi sumberdaya perikanannya, khususnya ikan tuna. Tahun 2012 Kementerian Keluatan dan Perikanan RI menambah unggulan untuk wilayah barat Indonesia yaitu Provinsi Sumatera Barat sebagai sentra Tuna, Tongkol dan Cakalang (TTC).

Dilihat dari besarnya kebutuhan ikan tuna untuk dunia, Sumatera Barat punya peluang besar untuk meningkatkan produksi yang dapat di olah baik dalam bentuk ikan tuna kaleng maupun ikan tuna beku dan ikan tuna olahan beku. Pengembangan terhadap industri pengolahan ikan tuna dan sejenisnya terdapat di Kota Padang yang mempunyai potensi dan peluang besar untuk di kembangkan.Hal ini sangat didukung dengan ketersediaan dari SDA dan sarana prasarana seperti pelabuhan perikanan samudera Bungus.

Kedepan, pengembangan industri ikan tongkol dan tuna di Sumatera Barat diperkirakan akan mengalami kemajuan yang sangat pesat, karena kondisi tersebut didukung oleh topografi wilayah Sumatera Barat yang sangat strategis di Kawasan Barat Indonesia. Halini akan menjadi modal besar sebagai penghasil ikan tongkol dan tuna yang selama ini ditangkap di wilayah perairan Samudera Hindia dan sebagian besar didaratkan di Muara Baru Jakarta, sedangkan pelabuhan Bungus sebagai tempat pendaratan ikan yang lebih dekat dari lokasi atau sentral penangkapan.Keberhasilan pembangunan infrastrukur pendukung utama kegiatan ekspor, seperti pengembangan PPS Bungus, Bandara BIM bertaraf internasional dan fasilitas cargo langsung ke luar negeri dapat mempercepat pembangunan perikanan daerah ini serta menjadi daya tarik bagi investor sektor perikanan berekspansi didaerah ini.

 

Perikanan Budidaya

Peluang investasi perikanan budidaya yaitu ikan nila, ikan mas, dan ikan lele menunjukkan daya saing produksi ikan, ikan nila dan ikan mas paling besar terdapat pada Kabupaten Agam dan disusul Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pasaman, sedangkan ikan lele terdapat pada Kabupaten Pasaman diikuti oleh Kota Padang dan Padang Pariaman dan Lima Puluh Kota.

 

Sumber : http://www.antarasumbar.com/id/foto/fotoutama/300511130640_ikan1.jpg (diakses 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Perikanan Tangkap dan Budidaya Provinsi Sumatera Barat


2)     Perkebunan Kakao

Tanaman kakao terdapat pada semua Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat.  Dalam konteks pembangunan wilayah, tanaman kakao menjadi prioritas pemerintah melalui perencanaan pembangunan pertanian. Di dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Sumatera Barat tahun 2011-2015, tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan yang dikembangkan dalam program dan kegiatan pembangunan pertanian. Perluasan areal perkebunan kakao begitu pesat umumnya dilakukan petani, sehingga perkebunan rakyat telah mendominasi perkebunan kakao pelosok Sumatera Barat. Tanaman kakao ditanam hampir di seluruh pelosok Sumatera Barat sebanyak 17 dari 19 Kabupaten/Kota yang ada dengan sentra produksi utama adalah Kabupaten Pasaman diikuti oleh Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Pasaman Barat meskipun demikian kota Bukittinggi dan Padang Panjang juga sudah memiliki perkebunan kakao rakyat.

 

Sumber : http://www.antarasumbar.com/id/foto/berita/040812023243_kebun-kakao-coklat.jpg (diakses tanggal 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Perkebunan Kakao Provinsi Sumatera Barat

 

3)     Pertambangan

Bijih Besi

Peluang Investasi bijih besi terdapat di daerah Paninggahan X Koto Singkarak, Lubuk Selasih, Air Dingin dan Surian Kab. Solok, Batu Manjulur Kab. Sawahlunto/Sijunjung dan Gunung Besi Kab. Tanah Datar.

Emas

Penambangan emas dan perak umumnya dilakukan oleh masyarakat secara kecilkecilan (skala kecil), baik terhadap endapan emas alluvial (sekunder) di sungai-sungai maupun endapan emas primer di daerah perbukitan. Peluang Investasi emas terdapat di daerah Silaping, Sigalabor, Muara Tambangan, Kinandam, Balimbing, Bonjol (Kab. Pasaman), Mangani (Kab. 50 Kota), Bukit Bulek, Batu Busuk (Kota Padang), Lubuk Selasih, Sungai Abu, Sungai Sapek (Kab. Solok), Bukit Kabun, Batu Manjulur, Silokek, Palangki dan Lubuk Karya (Kab. Sawahlunto/Sijunjung), Gunung Arum (Kab. Pesisir Selatan).

 

Sumber:http://www.antarasumbar.com/id/foto/berita/261012213704_tambang_emas_di_aliran_sungai_batang_hari_solok_selatan.jpg (diakses tanggal 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Bijih Besi dan Emas Provinsi Sumatera Barat

 

4)     Peternakan Sapi Potong

Sumatera Barat dipercaya menjadi satu dari 10 provinsi, untuk mencapai target swasembada daging di tanah air. Salah satu cara yang dilakukan melalui peningkatan reproduksi ternak sapi. Populasi Sapi terdapat pada wilayah kabupaten dan kota, terutama pada Kabupaten Pesisir Selatan, Lima Puluh Kota dan Padang Pariaman, sedangkan pada wilayah Kota dominan terdapat pada Kota Padang dan Kota Payakumbuh.

 

Sumber : http://disnak.sumbarprov.go.id/foto/info/1/dsc03049.jpg (diakses tanggal 2 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Sapi Potong Provinsi Sumatera Barat