A.     Potensi Komoditas Unggulan dan Lokasi Pengembangannya

Untuk berinvestasi dalam pengembangan komoditas unggulan di Provinsi Bali, maka perlu diketahui komoditas apa yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan dan di daerah mana pengembangannya sesuai untuk dilakukan. Untuk itu, berikut ini adalah tabel potensi komoditas unggulan beserta dengan lokasi pengembangannya di Provinsi Bali :


Tabel Potensi Komoditas Unggulan dan Lokasi Pengembangannya di Provinsi Bali

 

No

Sektor

Komoditas Unggulan

Nilai LQ

Sebaran Lokasi

Keterangan

Penentuan Komoditas Unggulan

1

Pertanian Tanaman Pangan

Ubi Jalar

2,99

Kabupaten Badung,

Kabupaten Tabanan,

Kabupaten Karangasem

Hasil LQ

Kacang Tanah

1,53

Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Klungkung,

Kabupaten Bangli

Hasil LQ

Padi Sawah dan Ladang

1,23

Kabupaten Jembrana,

Kota Denpasar,

Kabupaten Badung

Hasil LQ

2

Pertanian Tanaman Buah-Buahan

Melon

3,48

Kabupaten Gianyar,

Kabupaten Jembrana,

Kabupaten Badung

Hasil LQ

Jeruk

2,20

Kabupaten Bangli,

Kabupaten Gianyar,

Kabupaten Badung

Hasil LQ

Nangka

1,81

Kabupaten Badung,

Kabupaten Karangasem,

Kabupaten Bangli

Hasil LQ

Sawo

1,20

Kabupaten Karangasem

Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Klungkung

Hasil LQ

Pisang

1,07

Kabupaten Bangli,

Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Jembrana

Hasil LQ

3

Pertanian Tanaman Sayuran

Petsai/Sawi

2,46

Kabupaten Tabanan,

Kabupaten Karangasem,

Kota Denpasar

Hasil LQ

Cabe Besar

1,65

Kabupaten Karangasem,

Kabupaten Bangli,

Kabupaten Tabanan

Hasil LQ

Tomat

1,63

Kabupaten Tabanan,

Kabupaten Bangli,

Kabupaten Karangasem

Hasil LQ

Buncis

1,62

Kabupaten Bangli,

Kabupaten Tabanan,

Kabupaten Karangasem

Hasil LQ

Kol/Kubis

1,46

Kabupaten Bangli,

Kabupaten Tabanan,

Kabupaten Karangasem

Hasil LQ

4

Perkebunan

Kelapa Dalam

1,18

Kabupaten Jembaran, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Bangli

Hasil LQ

5

Perikanan dan Kelautan

Perikanan Laut (Budidaya)

-

Kabupaten Klungkung,

Kabupaten Badung,

Kota Denpasar

Produksi Tertinggi

6

Peternakan

Babi

10,65

Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Karangasem,

Kabupaten Gianyar

Hasil LQ

Sapi Potong

3,85

Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Karangasem,

Kabupaten Bangli

Hasil LQ

Ayam Petelur

3,54

Kabupaten Tabanan,

Kabupaten Karangasem,

Kabupaten Bangli

Hasil LQ

Itik

1,38

Kabupaten Gianyar,

Kabupaten Klungkung,

Kabupaten Tabanan

Hasil LQ

Ayam buras

1,34

Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Jembrana,

Kabupaten Tabanan

Hasil LQ

7

Kehutanan

Hutan Lindung

2,54

Kabupaten Jembrana,

Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Karangasem

Hasil LQ

8

Industri dan Perdagangan

Kertas dan barang dari kertas

3,28

-

Hasil LQ

Penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman

2,70

-

Hasil LQ

Barang-barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya

1,34

-

Hasil LQ

9

Pariwisata

Wisata Pantai

-

Kabupaten Badung, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Klungkung

Jumlah Obyek Wisata Terbanyak

Wisata Religi

-

Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Gianyar

Jumlah Pura Terbanyak

10

Pertambangan

Batu Kapur

-

Kabupaten Klungkung, Kabupaten Badung, Kabupaten Jembrana

Produksi Tertinggi

Sumber: Hasil Analisis, 2013 


Dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 27 komoditas unggulan di Provinsi Bali yang dapat dijadikan sebagai obyek investasi di ProvinsiBali. Komoditas-komoditas tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya di tiap sektor potensi ekonomi masing-masing dan tersebar di hampir seluruh kabupaten/kota di ProvinsiBali. Untuk pengembangannya, dapat diarahkan kepada kabupaten/kota yang telah disebutkan di kolom sebaran lokasi di atas, di mana kabupaten/kota tersebut memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya dalam hal pengembangan komoditas unggulan, antara lain dari segi produksi, luas, maupun produktivitas.

    

      B.     Peluang Investasi

1)     Pariwisata

Propinsi Bali adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memilki potensi kepariwisataan yang sangat besar, kekayaan alam seni budaya dan adat istiadatnya. Pariwisata di daerah Bali merupakan sektor paling maju dan berkembang, tetapi masih berpeluang untuk dikembangkan lebih modern. Sektor pariwisata di Bali adalah salah satu pemasok devisa terbesar di Indonesia. Perekonomian Provinsi Bali sangat ditunjang oleh sektor pariwisata. Struktur PDRB Provinsi Bali menunjukan sektor-sektor yang berorientasi pada pariwisata seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, memberikan kontribusi terbaik terhadap total PDRB Provinsi Bali. Hal ini menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian Provinsi Bali.Peran Provinsi Bali dalam menyumbangkan 40% devisa nasional (sekitar Rp 45 Triliun).

Keindahan alam dan kekayaan adat istiadat merupakan daya tarik utama bagi wisatawan untuk menjadikan Bali sebagai daeraah tujuan wisata. Hal ini dapat kita lihat dengan jumlah kawasan wisata di Bali keterlibatan masyarakat di dalamnya sehingga mendorong pemerintah dan masyarakat untuk terus mengembangkan kepariwisataan melalui penambahan dan perbaikan infrastruktur di daerah-daerah dan tempat-tempat yang banyak dikunjung oleh para wisatawan.Selain itu sektor pariwisata di Bali juga menciptakan lahan kerja yang luas serta memberikan kesempatan masyarakat untuk berusaha. Dalam dunia pariwisata khususnya pada tingkat Nasional, Bali selalu ditawarkan dan dijadikan acuan bagi daerah lain dalam pengembangan pariwisatanya.


Sumber : http://www.badungtourism.com/(diakses tanggal 5 Juni 2013)

Gambar Peluang Invetasi Obyek Wisata Provinsi Bali


Bali dengan sektor unggulan pariwisata memiliki posisi strategis pada tingkat nasional maupun internasional. Potensi objek-objek wisata di Pulau Bali tersebar di daerah pegunungan, danau, dan pantai. Karakteristik fisik dan non-fisik budaya yang unik dan khas juga menjadi salah satu daya tarik pariwisata Pulau Bali. Wisata pantai/pesisir mendominasi objek wisata Pulau Bali. Dominasi sebaran objek dan atraksi pariwisata di lingkungan pesisir Pulau Bali memiliki kerentanan terhadap kebencanaan. Hal ini harus menjadi perhatian utama karena kawasan wisata pantai termasuk kawasan rawan bencana tsunami serta erosi pantai. Dapat dibayangkan apabila pantai Bali habis terkikis oleh erosi pantai, maka Bali akan kehilangan objek wisata andalannya.

 

2)     Energi

Di Bali diperkirakan ada 226 Mwe Provinsi Bali memiliki potensi energi yang dapat  dikembangkan  untuk  pembangkit  tenaga  listrik  terdiri  dari tenaga air, panas bumi sebesar 226 MW yang tersebar di 5 lokasi, biomass dan tenaga surya. Tenaga air yang berpotensi untuk dikembangkan adalah PLTA yang sebesar 20 MW dan PLTP Bedugul yang  diperkirakan mencapai 175 MW. Potensi tersebut kemudian diterapkan oleh PT. PLN untuk membangun  pembangkit listrik baru yaitu di daerah Bedugul Bali yang lebih tepatnya di daerah  Bukitcatu Desa Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Bali, dalam eksplorasi atau penggalian ke dasar bumi yaitu di bagi menjadi 4 tahap yaitu antara lain tahap 1 adalah 10 MW, kemudian dari tahap 2 sampai tahap 4 yaitu 55 MW dan jumlah total daya yang  dibangkitkan  yaitu  sekitar 175  sampai 200 MW dengan 4 daerah eksplorasi  yang  berbeda.

Potensi geothermal di Bali terdapat di daerah Gunung Bedugul, Kabupaten Tabanan. Potensi geothermal di daerah ini pertama kali di eksplorasi tahun 1974, dan pada tahun 2008 ditetapkan jumlah total daya yang dapat dibangkitkan sebesar 175 sampai 200 MWe dengan 4 daerah operasi yang berbeda. Jumlah daya itu diperoleh melalui 4 tahap ekslporasi, yaitu tahap pertama sebesar 10 Mwe dan tahap kedua sampai keempat sebesar 55 MWe.

Karakteristik sumber daya geothermal di daerah ini adalah reservoir (Batuan perangkap fluida) dengan suhu suhu sekitar 250 – 260°C dan tekanannya 43 bar. Luas area potensial reservoir geothermal ini adalah sekitar 50 km2. Kualitas fluida tidak dapat diketahui secara pasti sebelum dilakukan pengeboran produksi, tetapi diklaim mirip dengan karakteristik Kamojang (Jawa Barat). Pengembang mengestimasi kisaran harga listrik yang dapat dijual ke PLN sebesar US$ 75 – 85 per MWh.

 

Sumber : http://energitoday.com/2012/09/12/potensi-geothermal-bali/(diakses tanggal 5 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Geothermal Provinsi Bali

 

3)     Pembangunan Kapasitas Air Bersih

Pertumbuhan dan proses urbanisasi menjadi penentu yang penting pada pertumbuhan kebutuhan air minum. Pengembangan air minum perpipaan secara nasional  maupun lokal adalah bagian dari kebijakan pembangunan nasional untuk memenuhi  kebutuhan air minum. Kabupaten Klungkung merupakan wilayah perkembangan   pertumbuhan ekonomi di Selatan Bali, dengan potensi air yang cukup banyak di Kecamatan Nusa Penida. Tingkat pertumbuhan Kabupaten Klungkung saat ini sekitar 1.2% per tahun. Tingkat pelayanan air bersih secara keseluruhan baru mencapai  8%.

Untuk  merealisasikan  pelayanan  distribusi  air  yang  mencakup  60% penduduk  pedesaan  dan  80%  penduduk  perkotaan,  Pemerintah  Daerah Kabupaten Klungkung melalui PDAM  nya  membuka kesempatan  kepada pihak  swasta  untuk  berpartisipasi  dalam  proyek  kerjasama  pemerintah swasta  (KPS)  bidang  penyediaan  air  bersih. Ruang lingkup proyek meliputi pembangunan 1 unit instalasi pengolahan (IPA) sebesar 200 lt/d. satu unit reservoir kapasitas 1,700 m3, 1 unit intake sistem beserta rumah pompa, pengadaan peralatan laboratorium, pemasangan pipa transmisi. Sistem pelayanan baru direncanakan untuk memperluas cakupan pelayanan sebanyak 12,000 sambungan baru. Lokasi IPA direncanakan berada di Desa Batukandik Kecamatan Klungkung dengan kebutuhan areal lahan seluas 4,000 m2.

Lahan yang digunakan sebagai lokasi proyek adalah milik masyarakat. Sementara sistem kerjasama yang dapat dilakukan adalah investasi murni. Proyek air bersih yang ditawarkan diprioritaskan untuk daerah pelayanan Kecamatan Nusa Penida dengan jumlah kepala keluarga sekitar 49 ribu kepala keluarga. Direncanakan juga untuk menjual secara curah kepada PDAM Klungkung sebagai air baku untuk pelayanan air bersih di Kabupaten Klungkung Provinsi Bali.  Kebutuhan total investasi untuk pengembangan proyek ini adalah sebesar Rp. 2 Triliun. Asumsi setiap kepala keluarga terdiri rata-rata 4-5 anggota keluarga. Standar kebutuhan pokok air minum sebesar 10 m3/bulan per RT. Tarif dasar ke konsumen Rp. 1,100.-/m3 dan tarif rata-rata sebesar Rp. 1,800.-/m3.

 

Sumber: www.phribali.or.id dan http://assets.kompas.com/data/photo/2011/05/23/1729288620X310.jpg

(diakses tanggal 5 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Pembangunan Air Bersih Provinsi Bali


4)     Pembangunan Industri Pengolahan Hasil Perkebunan Kakao

Provinsi  Bali merupakan daerah yang memiliki daya dukung lahan yang tinggi dan cocok untuk pengembangan industri kakao. Industri pengolahan kakao yang akan dibangun adalah proses pengolahan biji coklat menjadi dua jenis produk, yaitu mentega coklat dan bubuk coklat. Lokasi pembangunan pabrik  adalah Kabupaten Jembrana, Kecamatan Pakutatan; Kecamatan Mendoyo; Kecamatan Negara; dan Kecamatan Melaya. Dengan luas lahan sebesar 1000 ha. Total areal kakao di Kabupaten Jembrana seluas 3,555 ha dengan volume produksi rata-rata 2,199 ton. Lahan yang digunakan sebagai lokasi proyek adalah milik masyarakat dengan sistem kerjasama yang dilakukan adalah investasi murni.

Kebutuhan investasi pembangunan industri pengolahan kakao di Kabupaten Jembrana diperkirakan sebesar Rp. 15 Milyar dengan asumsi kredit investasi tingkat bunga komersial sebesar 16% per tahun.  Dari hasil evaluasi atas penilaian proyek ini diperoleh hasil sebagai berikut :


Sumber : http://jembranakab.go.id/foto_materi/kakao.jpg dan http://disbunbali.info/gs-admin/file/foto_kakao2.jpg (diakses tanggal 5 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Pembangunan Industri Pengolahan Hasil Perkebunan Kakao Provinsi Bali

 

5)     Pertanian Tanaman Pangan

Selain terkenal sebagai daerah wisata, Bali menyimpan segudang potensi pertanian yang selama ini menjadi sebagian dari mata pencaharian penduduk. Subak, merupakan warisan sejarah di Bali yang hingga kini masih terus bertahan. Bahkan sistem subak ini mendapatkan penghargaan dari UNESCO sebagai warisan dunia yang harus dilestarikan. Namun demikian, Laju alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian semakin besar seiring dengan industri pariwisata yang semakin berkembang.

Potensi  pertanian  tanaman  pangan  di  daerah  Bali  dengan komoditas  andalan  seperti  padi,  jagung,  ubi  kayu,  ubi  jalar,  dan  buah-buahan hampir  tersebar  di  seluruh  wilayah pulau ini. Potensi peningkatan  produksi  tanaman  pertanian  tersebut  dapat dilakukan  secara  intensifikasi  di  hampir  seluruh  wilayah  kabupaten  di Provinsi  Bali.  Sedangkan  potensi  pengembangan  produksi  pertanian  melalui ekstensifikasi  dapat  dilakukan  di  wilayah  Kabupaten  Jembrana. Potensi  industri  pengolahan  produk  pertanian  sangat besar untuk dikembangkan terkait dengan keberlimpahan bahan baku. Industri pengolahan yang dapat dikembangkan antara lain pengolahan tepung dan industri  pengolahan makanan yang berbasis komoditas unggulan yang telah disebutkan  di  atas  dapat  dikembangkan  juga  di  Kabupaten  Jembrana.

  Sumber : http://www.baliprov.go.id/files/image/Berita/Padi-makro-xna.jpg (diakses tanggal 5 Juni 2013)

Gambar Peluang Investasi Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali

 

                  6)     Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan Jembatan

Peluang  investasi di Provinsi Bali dari sektor infrastruktur antara lain infrastuktur  penunjang pariwisata seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, dan lain-lain. Panjang jalan  di Provinsi Bali mencapai 6.765,14 km yang terbagi ata jalan nasional sepanjang 501,64 km, jalan provinsi 839,88 km, dan jalan kabupaten sepanjang 5.424,14 km. Sedangkan untuk panjang jembatan mencapai 12.065,10 m dengan jumlah jembatan sebanyak 813 buah. Pembangunan infrastuktur yang berfungsi bagi kelancaran perpindahan manusia, barang, dan jasa  sangat  penting untuk menumbuhkan perekonomian  daerah  Bali. Potensi  investasi  di  Provinsi  Bali  dari  sektor  infrastruktur  termasuk pariwisata,  jalan,  jembatan,  pelabuhan,  bandara,  dan  lain-lain.  Persona  alam dan  keragaman  nilai-nilai  budaya  eksotis  yang  membuat  investor  ingin berinvestasi di bidang yang mendukung pariwisata di pulau Bali khususnya di wilayah Samplangan Kabupaten Gianyar. Melalui pembangunan berkelanjutan,  maka  peluang  investasi  masa  depan  di  Samplangan akan diatur  oleh  peraturan.


Tanahampo Waterfront City

Lokasi pembangunan Tanahampo Waterfront City yaitu di Dusun Tanahampo, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Untuk mendukung pembangunan pelabuhan wisata di Tanahampo dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana di kawasan tersebut sehingga kedepannya pembangunan dan pengembangan Tanahampo dapat membentuk atau mewujudkan Kota Air (Waterfront City) yang baru dan Kabupaten Karangasem akan menjadi salah satu daerah tujuan dari program perjalanan kapal cruise sehingga wisatawan akan tinggal lebih lama. Kawasan Pelabuhan Wisata di pantai Tanahampo direncanakan untuk dikembangkan pada kawasan seluas 20 Ha. Beberapa fasilitas yang akan dikembangkan akan dibagi menjadi 4 zona yaitu :

1.       Tempat kedatangan penumpang dan kantor

2.       Fasilitas pendukung (Waterfront City)

3.       Kawasan terbuka

4.       Permukiman yang memang telah ada dan area perkantoran

Untuk investasi swasta, pembangunan Waterfront City sangat prospektif jika dilihat dari sisi keuangan. Akan tetepi lahan sebagai kawasan pengembangan Waterfront City akan tetap menjadi milik masyarakat dan adat. Masyarakat mengharapkan lahan untuk pembangunan Waterfront City dan kawasan terbuka akan disewa oleh investor dibawah suatu manajemen terintegrasi yang akan dikembangkan dibawah suatu perjanjian  kerjasama (MOU). Untuk membangun fasilitas pendukung bagi pelabuhan Waterfront City perkiraan biaya adalah US $ 1,5 miliar.

 

Pembangunan Jalan Bebas Hambatan

                Peningkatan kondisi dan perpanjangan serta pelebaran jalan akan memudahkan transportasi dan kenyamanan penumpang dari Gilimanuk menuju Pelabuhan Padangbai atau Pelabuhan Wisata Tanahampo sudah beroperasi dari tahun 2009. Lokasi pembangunanjalan bebas hambatan ini melintasi Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Karangasem. Jalan ini akan menjadi program lintas kabupaten sehingga koordinasi dari pemerintah Provinsi Bali sangat dibutuhkan. Perkiraan biaya investasi pembagunan jalan bebas hambatan ini yaitu US 4 246,5 miliar.

 

Pembangunan Rumah Sakit Bertaraf Internasional

Pembagunan Rumah Sakit Bertaraf Internasional berstandar VVIP sebagai bagian dari Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem di lahan seluas 2.800 m2. Pembangunan rumah sakit ini mencakup pembangunan gedung dan fasilitas pendukungnya serta pengadaan peralatan medis dan peralatan non medis, pengadaan tenaga medis dan non medis, pengembangan manajemen dan kelembagaan pelayanan dan pengelolaan. Lokasi pembangunan terletak di Kota Amlapura, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Berdasarkan pra rancangan yang dibuat awal tahun 2008, biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 100.000.000.000. terdiri dari biaya pembangunan gedung dan utilitasnya Rp. 57.730.000.000 dan biaya pengadaan alat medis dan non medis Rp. 42.270.000.000.

 

Pembangunan Bandara

Provinsi Bali telah memiliki Bandara Internasional yaitu Bandara Internasional Ngurah Rai yang berlokasi di bagiau selatan Pulau Bali tepatnya di Kabupaten Badung dengan waktu tempuh 2,5 jam. Hal ini menjadikan pertimbangan perlunya pengembangan bandara alternatif untuk menjangkau kawasan pariwisata Candirasa, Tulamben, dan Ujung. Walaupun di bagian utara Pulau Bali tepatnya di Kabupaten Buleleng telah terdapat bandara perintis, namun waktu tempuh ke kawasan pariwisata di Kabupaten Karangasem cukup jauh yaitu 3,5 jam. Potensi pengembangan di Kabupaten Karangasem terletak di Kecamatan Kubu, disamping luas wilayah memadai dan daerahnya sebagian di dominasi lahan kering. Perkiraan biaya investasi yaitu 2 trilyun rupiah.

 

                  7)     Pengolahan Ikan

Hasil tangkapan ikan laut di Kabupaten Karangasem mencapai 8.353,90 ton/tahun dengan nilai produksi US $ 5 miliyar. Sedangkan hasil produksi ikan air tawar mencapai 242,98 ton/tahun dengan nilai produksi US $ 280.000. kabupaten Karangasem memproduksi ikan cukup tinggi setiap tahunnya, untuk itu diperlukan sistem pemrosesan yang layak untuk memberikan nilai tambah terhadap hasil produksi ikan dan untuk memberikan peluang ekonomi bagi kehidupan nelayan. Perkiraan biaya investasi pengolahan ikan yaitu US $ 45,5 milyar.