Bali sejak dulu dikenal sebagai pintu gerbang pariwisata di Indonesia. Kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap aset pariwisata yang harus selalu di jaga budaya dan kelestarian keindahan alamnya, membuat masyarakat Bali memegang teguh konvensi yang berasal dari budaya yang juga berasal dari aturan agama Hindu Bali. Selain mengatur tentang tata hubungan kemasyarakatan, budaya Bali juga mengatur tentang bangunan dan jalan. Hal inilah yang menyebabkan lebar dan jaringan jalan di Bali sangat terbatas. Kondisi yang sangat mendukung bagi dikembangkannya konsep sistem transportasi berkelanjutan.

Jalan merupakan sarana penting dalam mendukung perkembangan suatu wilayah. Kemudahan akses yang ditimbulkan oleh ketersediaan jalan secara otomatis akan memberi dampak positif bagi kelangsungan transaksi perekonomian. Panjang jalan di Provinsi Bali pada tahun 2011 mencapai 7.504,15 km, meliputi jalan nasional 535,23 km, jalan Provinsi 860,53 km, dan jalan kabupaten 6.108,39 km. Dilihat dari kondisi permukaan jalan, jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten dengan kondisi baik mencapai 7.064,77 km, yang tergolong kondisi sedang mencapai 176,77 km dan kondisi rusak mencapai 261,26 km.


Tabel Panjang Jalan Menurut Jalan Negara,Provinsi,Kabupaten

Kabupaten/Kota

Jalan Nasional (km)

Jalan Provinsi (km)

Jalan Kabupaten (km)

Kabupaten Jembrana

71.92

28.87

941.02

Kabupaten Tabanan

65.38

130.78

860.96

Kabupaten Badung

46.28

103.58

565.98

Kabupaten Gianyar

40.66

111.11

555.54

Kabupaten Klungkung

29.37

17.39

492.92

Kabupaten Bangli

0

149.84

551.2

Kabupaten Karangasem

62.8

170.22

707.5

Kabupaten Buleleng

168.24

105.9

878.19

Kota Denpasar

50.58

42.84

555.08

Sumber: Provinsi Bali Dalam Angka Tahun 2012

 

Tabel Panjang Jalan Menurut Jenis Perkerasan

Status Jalan

Beraspal

Kerikil

Tanah

Lainnya

Jumlah

Jalan Nasional

  535.23   

-

-

-

535.23

Jalan Provinsi

  853.03

-

7.50

-

860.53

Jalan Kabupaten

 5.676.51    

176.77

253.76

11.66

6.118.69

Total

 7.064.77   

176.77

261.26

11.66

7.514.45

Sumber: Provinsi Bali Dalam Angka Tahun 2012

 

A.         Transportasi Darat

Ketersediaan jalan tentu harus didukung pula oleh ketersediaan angkutan. Seperti daerah lain di Indonesia, ketersediaan angkutan darat di Bali terus menunjukkan peningkatan seiring perputaran roda perekonomian. Jumlah kendaraan bermotor tahun 2011 mencapai 2.494.443 unit meliputi mobil penumpang 245.462 unit, mobil barang/truk 88.808 unit, otobis 5.605 unit, dan sepeda motor 2.154.568 unit. Dibanding tahun sebelumnya, jumlah kendaraan bermotor tercatat meningkat sebanyak 45,39%.Untuk lalu lintas angkutan laut, jumlah penumpang yang tiba dan berangkat melalui dua pelabuhan yaitu pelabuhan Padangbai, dan Gilimanuk selama tahun 2011 mencapai 9.338.165 orang.

Namun sistem transportasi publik di Bali belum tertata dengan baik. Beberapa daerah pariwisata, seperti di Nusa Dua misalnya, bahkan tidak dapat diakses oleh angkutan umum. Sama sekali tidak disediakan angkutan umum yang dikelola oleh otoritas daerah itu yang dapat digunakan sebagai bagian dari feeder sistem angkutan umum yang melintasi daerah tersebut. Hal ini sangat menyulitkan akses masyarakat setempat yang tidak memiliki kendaraan bermotor ke wilayah itu. Padahal, sektor pariwisata menjadi mata pencaharian yang dominan bagi masyarakat Bali.

Di samping itu, keadaan topografi daerah Bali yang relatif berbukit-bukit menjadikan perjalanan dengan kendaraan tidak bermotor maupun berjalan kaki tidak begitu disukai di Bali. Hal ini jugalah yang menyebabkan becak tidak populer sebagai alat transportasi rakyat, sebagaimana yang terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia. Hanya sebagian kecil masyarakat Bali yang menggunakan sepeda ataupun berjalan kaki untuk menempuh jarak perjalanan yang pendek. Justru turis asing yang lebih banyak menggunakan fasilitas pejalan kaki yang terdapat di hampir semua ruas jalan di Bali.

                Masalah lingkungan dan sosial akibat tekanan motorisasi yang terjadi di Bali cukup merisaukan para perencana transportasi lokal. Kemacetan lalu lintas pun menjadi warna keseharian di Bali, terutama pada saat-saat jam sibuk pagi maupun sore. Di satu sisi, kemacetan menjadi pembatas alamiah terhadap tingkat pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi. Namun, di sisi lain eksternalitas negatif yang ditimbulkannya sangat besar dan menjadi bahaya terhadap masa depan pariwisata di Bali.


Sumber : Badan Penanaman Modal Provinsi Bali

 Gambar Terminal Angkutan Darat Ubung (kiri) dan Terminal Angkutan Darat Gianyar (kanan), Bali


B.         Transportasi Laut

Jumlah volume bongkar dan muat barang antar pulau keempat pelabuhan (Benoa, Padangbai, Celukan Bawang dan Gilimanuk) masing-masing sebesar 6.625.423 ton dan 4.641.978 ton. Dari keempat pelabuhan, bongkar dan muat barang paling banyak terjadi di pelabuhan Gilimanuk.


Sumber : Badan Penanaman Modal Provinsi Bali

 

GambarPelabuhan Laut Benoa (kiri) danPelabuhan Gilimanuk (kanan), Bali

 

C.         Transportasi Udara

Perhubungan udara selain dominan dalam melaksanakan mobilitas manusia dari suatu tempat ke tempat lain, juga merupakan salah satu sektor yang terkait langsung dengan dunia pariwisata dalam mendukung perjalanan wisatawan ke suatu tempat. Berdasarkan data statistik yang dihimpun Administrator Pelabuhan Udara Ngurah Rai,dijelaskan bahwa selama tahun 2011 arus keberangkatan pesawat udara mencapai 51.811 kali penerbangan, meningkat 22,80 persen dari tahun sebelumnya. Demikian pula dengan kedatangan yang mencapai 51.694 kali penerbangan atau naik 22,76 persen dibanding tahun sebelumnya. Untuk tahun 2011, arus penerbangan paling padat (baik kedatangan maupun keberangkatan) terjadi pada bulan Juli dan Desember. Hal ini dapat dipahami mengingat pada bulan-bulan tersebut merupakan high season kedatangan wisatawan mancanegara.



Sumber: Badan Penanaman Modal Provinsi Bali

Gambar Bandar Udara Ngurah Rai (kiri) dan Bandara Udara Letkol Wisnu (kanan), Bali